"Kita harapkan melihat makna, sekarang kondisi negara kita, dari remaja tawuran, narkoba, dan juga begitu gampangnya minum oploson itu, ada apa sih sebenarnya? Penyebabnya? Kita harap gerakan ini bisa memberi dorongan-dorongan positif," kata Dirjen Potensi Pertahanan Kemenhan Timbul Siahaan saat menggelar jumpa pers di Gedung Kemenhan Jalan Merdeka Barat, Jakarta Pusat, Selasa (9/12/2014).
Timbul mengatakan, peringatan Hari Bela Negara tahun ini akan dilaksanakan secara nasional baik di tingkat pusat maupun daerah. Untuk tingkat pusat, upacara akan digelar di Lapangan Silang Monumen Nasional (Monas) dengan Inspektur Upacara Presiden Jokowi pada Jumat (19/12) mendatang.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sementara itu, Direktur Bela Negara Kemenhan, Laksamana Pertama TNI M Faisal menjelaskan, βacara itu akan dilakukan juga penyerahan piagam penghargaan bela negara kepada beberapa warga yang berprestasi di antaranya Rudi Hartono, Ade Rai, Chris Jhon dan Butet Manurung pendiri Sakola Rimba.
"Nanti akan ada kegiatan penyerahan piagam penghargaan bela negara kepada beberapa yang ditunjuk. Ini adalah nilai yang dilakukan seluruh elemen masyarakat. Dulu lawan musuh sekarang mengisi kemerdekaan," ββpaparnya.
Dalam acara yang berlangsung selama tiga hari itu, serangkaian kegiatan dilakukan seperti Fun Bike, Gerak Jalan Sehat yang diikuti oleh berbagai lapisan masyarakat, gebyar tarian nusantara dan lain sebagainya.
βSedangkan untuk kesinambungan gerakan ini, pihaknya mencanangkan 5 program yaitu kerjasama dengan Mendikbud dan Menristek Dikti, untuk mengisi materi bela negara di pendidikan, bekerja sama dengan Menpan, ormas bela negara yang akan dibuat menjadi satu forum untuk menyebarkan nilai-nilai bela negara, dan juga akan melakukan SKB 4 Menteri untuk merencanakan pembinaan Resimen Mahasiswa (Menwa).
βPeringatan Hari Bela Negara diperingati setiap 19 Desember untuk mengenang berdirinya Pemerintah Darurat Republik Indonesia (PDRI) yang diprakarsai Mr Syarifuddin berserta sejumlah tokoh di Sumatera Barat pada tahun 1958 lalu. Pada saat itu, Belanda telah menguasai ibu kota Negara di Yogyakarta dan disertai penangkapan terhadap Presiden, Wakil Presiden dan sejumlah Menteri.
(idh/mok)