Seperti diberitakan surat kabar setempat, Sunday Times dan dilansir AFP, Senin (8/12/2014), insiden ini terjadi di bandara Heathrow, yang merupakan salah satu bandara tersibuk di London pada 22 Juli 2014 lalu. Namun, laporan resminya baru akan dirilis pekan ini.
Disebutkan dalam laporan tersebut bahwa pesawat tak berawak atau yang biasa disebut drone ini nyaris menabrak pesawat penumpang jenis Airbus A320 yang membawa 180 penumpang. Saat itu, pesawat penumpang ini memang terbang rendah yakni pada ketinggian 213 meter dari daratan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Insiden nyaris tabrakan ini diharapkan bisa menjadi contoh risiko insiden kategori A, yang merupakan kategori tertinggi insiden udara yang dirumuskan oleh UK Airprox Board (UKAB). Kategori tersebut berarti 'adanya risiko tabrakan serius' dalam insiden yang terjadi.
Dilaporkan oleh para penjual retail bahwa drone menjadi salah satu hadiah Natal yang paling banyak dibeli oleh warga Inggris. Hal ini semakin memicu kekhawatiran otoritas penerbangan sipil setempat.
Asosiasi Pilot Maskapai di Inggris (BALPA) yang merupakan serikat pekerja bagi para pilot Inggris, menyatakan bahwa drone terbang dengan berbagi wilayah udara dengan pesawat penumpang dan pesawat kargo. Menurut BALPA, seharusnya drone hanya bisa diterbangkan oleh operator yang menjalani pelatihan yang setara dengan pilot komersial.
Sedangkan Otoritas Penerbangan Sipil Inggris (CAA) telah menetapkan bahwa operator drone yang digunakan untuk mengumpulkan data dan melakukan pemantauan udara, harus mendapat izin sebelum menerbangkan drone di dekat wilayah udara yang ramai, atau di dekat kerumuman orang dan properti orang lain.
Sementara itu, tipe drone yang memiliki berat kurang dari 20 kilogram, dibebaskan dari aturan penerbangan yang berlaku.
(nvc/nwk)