Sebuah perpustakaan yang berada di rumah tua di sudut Kota Yogyakarta siang ini ramai dikunjungi warga. Bukan karena ingin membaca buku, tapi mereka datang untuk memborong koleksi-koleksi langka perpustakaan itu.
Ya, memborong. Ribuan koleksi perpustakaan Karta Pustaka yang terletak di Jalan Surodiningratan No 37C, Yogyakarta kini dijual untuk umum. Proses penjualannya ini sudah berlangsung sejak Minggu (30/12) lalu.
Awal cerita, Karta Pustaka, Yayasan yang menaungi perpustakaan ini gulung tikar. Keputusan ini terpaksa diambil karena kerjasama dengan Belanda yang selama ini terjalin kini berhenti.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sebagian besar mereka keluar dengan tumpukan-tumpukan buku yang dibelinya. Buku-buku koleksi Karta Pustaka memang kebanyakan lawas dan langka. Kertas-kertasnya telah menguning. Dan sebagian besar berbahasa Belanda.
Buku-bukunya dijual dengan harga relatif murah. Buku Roman berbahasa Belanda cetakan tahun 1970-an dijual dengan harga Rp 20 ribu per ikat. Setiap ikatnya ada 5 sampai 8 buku. Murah!
Para petugas perpustakaan kini sibuk melayani para pembeli. Pembeli yang datang juga dari berbagai kalangan, mulai dari mahasiswa hingga pensiunan.
Sebagian besar dari mereka menyayangkan penutupan perpustakaan ini. Salah satunya Hari Eko Ashari (22). Hari yang baru saja lulus dari Jurusan Sejarah Universitas Negeri Yogyakarta menyayangkan tutupnya perpustakaan yang sudah berdiri sejak tahun 1969 ini.
Apalagi dengan penjualan koleksinya kepada umum. Menurutnya hal itu akan menyusahkan pembaca yang ingin mencari buku-buku langka ini lagi karena kini sudah berada di tangan individu-individu yang tak terlacak.
"Disayangkan, karena nyari bukunya susah. Buku sejarahnya saya tanya tadi sudah habis," ujar Hari.
Dia menyimpan harapan agar selanjutnya jika ada kondisi serupa, maka pemerintah akan lebih proaktif.
"Seharusnya diambil alih pemerintah. Minimal sama Perpustakaan Daerah," imbuhnya.
(sip/ndr)