Mencoba mengikuti seperti saran yang dianjurkan, detikcom menumpangi 2 armada taksi Express dalam kesempatan yang berbeda. Perjalanan pertama dilakukan dari kawasan SCBD, Jaksel, menuju Jalan Panjang, Jakbar, Kamis (4/12/2014) dengan menumpangi taksi Express bernomor pintu DP 8016.
Saat diminta pada kesempatan pertama, sang sopir taksi yang bernama Abdul Malik langsung membukakan pintu bagasi secara otomatis. Abdul pun menyatakan tidak keberatan jika ada penumpang yang memintanya membuka pintu bagasi untuk mengecek keamanan. Pria asal Slawi itu justru mengapresiasi permintaan tersebut.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Abdul merasa dengan kewaspadaan penumpang, baik dirinya sebagai sopir maupun pihak yang menumpang taksinya akan sama-sama merasa nyaman. Dulu penumpang seringkali memintanya membuka bagasi sebelum naik, namun belakangan menjadi jarang.
"Dulu sering, sekarang udah jarang yang ngecek. Harusnya dicek dulu sih ya. Harus lihat kartu identitasnya juga. Kalau mukanya lain (dari foto yang ada di kartu identitas) berati supir tembak. Kalau Express kayaknya nggak ada supir tembak. Kalau ketahuan bisa dipecat," kata sopir taksi yang poolnya berada di Joglo, Jakbar itu.
Menjadi sopir taksi Express menurutnya tak bisa sembarangan. Segala perjalanannya selama beroperasi tercatat di sistem dan bisa diketahui oleh kantor pusat. Dengan demikian, menurutnya sopir-sopir taksi Express merupakan sopir yang jelas dan sulit jika ingin berbuat jahat karena akan gampang ditracking.
"Kita kan di taksi ada DDS (Digital Dispatch System), ini bisa ketahuan kita lagi ada di mana. Kalau kita sampai ke luar Jakarta dipanggil disuruh pulang. Ditanya ngapain ke sana, misal sampai Cikampek. Kita paling jauh bolehnya cuma sampai Cikarang barat sama Bogor," jelas Abdul.
Senada dengan Abdul, sopir taksi Express dengan nomor pintu MB 2283 yang detikcom tumpangi pada kesempatan yang berbeda, Albertus Guna mengaku tidak keberatan jika penumpang waspada dengan memintanya membukakan bagasi sebelum naik. Ia juga menyarankan agar penumpang selalu mengecek nomor pintu armada taksi sehingga jika terjadi apa-apa bisa menghubungi kantor pusat dan memberitahu mengenai data-data armada taksi itu.
"Nggak (tersinggung) sih. Itu kan hak dan untuk kenyamanan penumpang. Karena banyak kejadian kayak gitu kan jadi lebih waspada. Lebih bagus begitu sih, jadi rasa nyaman itu ada. Kalau gitu kan jadi aman. Apalagi malam ya. Memang baiknya diperiksa dulu. Terus cek selalu nomor pintunya, kalau ada apa-apa bisa telepon ke pool," tutur Albertus.
Bahkan pria asal Flores, NTT ini terkadang menyarankan kepada penumpangnya untuk mengecek terlebih dahulu bagasi armada taksinya. Itu ia lakukan agar kenyamanan dan keamanan penumpang lebih terjaga. Sayangnya, belakangan Albertus sudah jarang menemui penumpang waspada yang meminta bagasi mobil dibuka.
"Pernah ada juga sih beberapa kali yang minta dibukakan tapi sudah lama nggak lagi. Pas dulu ada kejadian juga banyak yang minta. Sudah lama dari kejadian terus lupa. Baru kalau ada perampokan banyak penumpang yang lebih waspada. Harusnya emang selalu minta dicek dulu kalau pas naik," ucap bapak anak 1 ini.
Albertus sendiri sudah merasa aneh dalam beberapa hari terakhir ini karena tiba-tiba penumpang saat ini menjadi jauh lebih waspada dan ketakutan. Ia baru mengetahui hari ini bahwa ada kasus perampokan di taksi yang menyerupai taksi Express.
"Pantasan kok narik beberapa hari ini ada yang aneh. Penumpang kayaknya ketakutan. Saya tahunya ya tadi ada penumpang dari Stasiun Palmerah ke Menara Kadin bilang ke saya ada perampokan. Kalau di kita kan ada pelat sekat di bagasi," tandas Albertus sudah menjadi supir taksi Express selama 4 tahun itu.
Persis seperti yang dikatakan Direksi Express Group sebelumnya, di taksi-taksi yang detikcom tumpangi memang terpasang pelat besi yang memisahkan bagasi dengan kursi penumpang. Pada 2 perampokan yang terjadi di kawasan Mega Kuningan dan di kawasan SCBD, perampok menggunakan modus masuk melalui kursi penumpang bagian belakang dari bagasi.
(ear/jor)