Priyo memang sempat terbang ke Bali namun tak masuk ke arena Munas. Di Bali, ia menerima banyak pimpinan DPD II Golkar se-Indonesia yang berdatangan secara bergelombang ke hotel tempat dirinya menginap.
"Mereka curhat. Merasa gusar, sedih dan prihatin. Sebagai peserta Munas yang sah katanya harus menyaksikan cara-cara yang sangat tidak demokratis, cara-cara yang cukup memalukan untuk standar cermin demokrasi," kata Priyo dalam jumpa pers di Kantor DPP Golkar, Slipi, Jakarta Barat, Rabu (3/12/2014).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kata Priyo, para pimpinan DPD II ini mengaku tidak mengira akan melihat perhelatan Munas seperti itu. Bagi mereka, Munas seharusnya tempat pesta demokrasi untuk memilih pemimpin baru.
"Munas itu mestinya jadi tempat untuk berekspresi seluruh pemegang suara se- Indonesia, bebas merdeka tanpa intimidasi, tekanan, ternyata suatu hal yang menjadi mimpi di siang bolong. Kenapa Golkar kemudian melewati masa-masa paling kelabu dalam sejarah demokrasi kita. Pelaksanaan Munas kemarin mereka nilai adalah paling sadis yang pernah terjadi dalam sejarah Partai Golkar," ucap Priyo.
Dikatakan Priyo, berbagai curhatan itu katanya sangat memprihatinkan dan wujud bobroknya pelaksanaan Munas Golkar di Bali. Makanya, 3 ormas pendiri Golkar kemudian sepakat melaksanakan Munas Jakarta pada Januari 2015 mendatang.
"Kami semua akan melakukan langkah-langkah untuk membenarkan jalan yang sudah salah ini dengan melaksanakan munas januari 2015. Yang Dijamin demokratis, adil transparan sesuai AD/ART partai dan terbuka," ujar Priyo.
"Tim penyelamat akan melakukan Langkah-langkah selanjutnya untuk mempersiapkan calon-calon ketum lain di luar Aburizal Bakrie. Munas ini dipastikan akan berjalan demokratis, transparan, adil, bersukacita. Biarkanlah saatnya nanti terpilih nahkoda Golkar yang baik sesuai tata krama, prosedur AD/ART partai yang selama ini kami kawal dan ingin praktekkan secara baik," kata Priyo.
(bar/van)











































