Semakin Terpecah Belah, Bagaimana Masa Depan Golkar?

Semakin Terpecah Belah, Bagaimana Masa Depan Golkar?

- detikNews
Rabu, 03 Des 2014 11:48 WIB
Jakarta - Aburizal Bakrie (Ical) bakal duduk kembali sebagai Ketua Umum Partai Golkar dan mengawal partai berlambang pohon beringin ini sampai Pemilu 2019. Namun figur Ical dinilai sudah tak menarik lagi bagi para pemilih. Lalu bagaimana nasib Golkar di 2019 nanti?

Terpilihnya Ical sebagai Ketum Golkar secara aklamasi lewat Munas IX di Bali ini bahkan menjadikan Golkar terpecah-belah. Faksi pro-Ical dan faksi anti-Ical kini malah berhadap-hadapan setelah terjadi saling pecat antar kedua kubu.

"Saya kira Munas ini bermain api dengan proses manuver-manuver yang sifatnya elit. Proses Munas ini menyisakan faksionalisasi yang semakin tajam antara faksi ARB (Ical) dengan faksi penentangnya," kata pengamat politik UGM Arie Dwipayana kepada detikcom, Rabu (3/12/2014).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Seperti diketahui, faksi anti-Ical dipimpin oleh Ketua Presidium Penyelamat Partai Agung Laksono. Arie menilai, pertentangan faksionalisme yang semakin tajam bisa membuat Golkar tak berdaya bertarung di 2019 menghadapi kekuatan partai-partai lain. Bisa-bisa, Golkar menjadi sibuk dengan dirinya sendiri dan melupakan pertarungan melawan partai lain.

"Ini akan membuat proses konsolidasi Golkar memakan waktu yang makin panjang," tutur Arie.

Apalagi, Ical dinilai sudah tak menarik lagi bagi para pemilih. Ical, menurut kaca mata Arie, merupakan figur yang gagal 'dijual' ke publik sejak 2009 hingga 2014. Terbukti, dia gagal maju pemilihan calon presiden pada 2014.

"Golkar mengalami krisis figur. ARB (Ical) sudah dijual sejak 2009 hingga gagal pada 2014, tapi malah kembali muncul sebagai Ketua Umum lagi. Daya tarik Golkar akan melemah," kata Arie.

Sebenarnya masih ada jalan sukses untuk Golkar agar sukses di Pemilu 2019 yang bakal dilaksanakan serentak itu. Golkar akan sukses bila bisa memunculkan figur alternatif, yang tentu saja jauh dari citra Ical. Maka Ical harus menemukan sosok alternatif yang laku jual sebagaimana Ketua Umum PDIP Megawati Sukarnoputri menemukan sosok Joko Widodo. Berat memang.

"Harus dicari figur alternatif yang punya diferensiasi dan gagasan, seperti Megawati menemukan Jokowi," tandas Arie.

(dnu/van)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads