Malam ini Ketua Umum Aburizal Bakrie kemungkinan besar akan dipilih secara aklamasi menjadi ketum Golkar lagi. Skenario aklamasi semakin jelas bakal menjadi kenyataan setelah satu-satunya calon penanding yakni Airlangga Hartarto memutuskan keluar dari gelanggang.
Jika Ical jadi menang secara aklamasi, ini adalah pemilihan secara aklamasi pertama di Golkar pasca reformasi, sekaligus tanda nyata mundurnya demokrasi di partai beringin. Ical tak hanya menjadi caketum yang menang secara aklamasi pertama kali, tapi juga ketum pertama kali yang memimpin Golkar selama dua periode.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Mundurnya demokrasi di internal Golkar semakin tampak setelah beredar rekaman Ketua SC Nurdin Halid yang tengah mempersiapkan skenario pemenangan Ical. Nurdin tak segan menyebut skenario itu sebagai skenario yang licik. Dalam politik mungkin semua cara ditempuh untuk melanggengkan kekuasaan, tapi skenario semacam ini belum pernah benar-benar terbuka segamblang ini.
Saat diberitahu soal beredarnya rekaman itu, Ical menuding ada pihak yang takut kalah yang menyebar rekaman tersebut. Sejumlah Ketua DPD I Golkar yang mendengar ada rekayasa semacam itu pun terkesan cuek.
Bahkan fakta itu sama sekali tak menggoyang kedigdayaan Ical. Ical sudah mengantongi suara mayoritas di Munas Golkar dan tak lama lagi bakal menambah masa kerjanya sebagai Ketum Golkar, kemungkinan besar sesuai skenario aklamasi.
Namun Presidium Penyelamat Golkar tak membiarkan hal semacam ini berlanjut di partai beringin. Presidium akan menyerahkan dan melaporkan rekaman skenario pemenangan Ical yang dipimpin oleh Nurdin Halid itu ke Kemenkum HAM. Presidium juga menjadwalkan akan menggelar Munas tandingan pada Januari 2015 mendatang di Jakarta.
Lalu apakah Presidium Penyelamat Golkar akan sukses menegakkan sendi-sendi demokrasi di partai beringin?
"Bukan soal klah dan menang, tapi nilai kejujuran dan keberanian bersikap. Mari sukseskan Munas IX Golkar Januari 2015 di Jakarta," kata anggota Presidium Penyelamat Golkar, Agun Gunandjar.
(van/erd)