Untuk menuju lokasi pabrik, dari jalan utama harus menempuh jalan berbatu melewati hutan sejauh 4 km. Setelah itu akan ada jalan bercabang yang akan menuju lokasi pabrik jika berbelok ke kanan. Di lokasi itulah pintu masuk proyek yang di tepiannya terdapat tenda-tenda warga.
Sejumlah warga memang mendirikan beberapa tenda di tepi akses keluar masuk truk dan alat berat sejak lebih dari 100 hari lalu. Mereka tinggal di sana dengan tenda seadanya, suara penolakan juga dituangkan di poster yang dipajang di tiang dekat tenda dengan tulisan "Tekad Kami Sudah Bulat Tarik Mundur Alat Berat dari Kawasan Karst Kendeng Utara".
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tidak hanya tenda warga, tenda polisi juga terlihat berdiri di tanah yang lebih tinggi dari tempat tenda warga. Polisi-polisi yang berada di tenda itu bertugas menjaga kondisi agar tetap kondusif karena sempat terjadi pemblokiran akses keluar masuk alat berat dan truk proyek tanggal 26 dan 27 November lalu.
"Iya tanggal 26 dan 27 memang terjadi penutupan di jalur proyek. Tapi sekarang sudah kondusif," kata Pimpinan Proyek Pabrik Semen Rembang, Heru Indra Wijayanto.
Sementara itu progres di area pembangunan pabrik sendiri masih berupa pemerataan tanah dan pemasangan pondasi. Terlihat sejumlah pilar sudah berdiri tegak di lokasi yang nantinya akan berdiri bangunan fisik pabrik.
Di sekitar proyek nampak jelas bentangan hutan dan perbukitan hijau. Meski demikian, pihak PT Semen Indonesia sudah memperhitungkan agar pembangunan tidak merusak lingkungan dengan mengurus 35 izin sejak tiga tahun lalu.
Pabrik dengan dana Rp 4,3 triliun itu bediri di tanah seluas 54 hektar untuk fisik pabrik, tambang tanah liat 110 hektar, sedangkan untuk tambang batu kapur sudah dibebaskan 200 hektar. Setidaknya 3.800 pekerja dibutuhkan saat pabrik sudah mulai beroperasi. PT. Semen Indonesia pun berkeinginan untuk memberdayakan warga sekitar pabrik.
"Kami juga sudah mengajak perwakilan warga dari lima desa di sana ke Pabrik Tuban untuk memberi pengertian pabrik tidak merusak, tapi justru memberikan manfaat," paparnya.
Berbagai upaya memang sudah dilakukan pihak PT Semen Indonesia untuk kelancaran pembangunan pabrik semen. Sebagian warga sudah setuju, namun sebagian warga yang dianggap militan tetap bertahan menolak dan bermukim di tenda-tenda itu.
(alg/try)