Upaya islah di internal Golkar dirintis oleh Ketua Wantim Golkar Akbar Tandjung. Akbar mencoba mempersatukan dua kubu yakni Ketum Aburizal Bakrie yang menggelar Munas di Bali, dan Presidium Penyelamat Partai Golkar yang dipimpin Agung Laksono yang akan menggelar Munas tandingan Januari mendatang.
Namun upaya itu tak ada hasilnya, kubu Presidium menegaskan menolak Munas Golkar di Bali. Caketum Golkar Hajriyanto Thohari mencoba menjadi jawaban atas pertanyaan besar seputar kegagalan islah Golkar ini.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Menurut saya ada dua faktor: faktor pertama, di sekitar Ketua Umum Pak ARB ada beberapa orang yang kurang bijak yang justru berkepentingan dengan perpecahan ini," kata Hajri kepada detikcom, Minggu (30/11/2014).
Hajri sangata prihatin dengan perpecahan di internal Golkar. Dia sendiri memilih mundur dari DPP Golkar dan meninggalkan Presidium untuk keluar dari pusaran konflik.
"Saya mundur itu bukan karena permusuhan atau kebencian dengan siapa pun. Saya hanya tidak mau berada dalam pusaran konflik yang berkepanjangan, dan saya hanya terdiam saja. Itulah mengapa saya mundur," katanya.
Sedangkan faktor kedua, menurut Hajri, karena sebagian kubu Presidium Penyelamat Golkar juga tidak mau mendengarkan tawaran jalan tengah. Sehingga buntu dan islah yang sudah digagas bisa gagal total.
"Ada beberapa orang di kubu oposisi yang berseberangan dengan Pak ARB yang bertindak terlalu keras. Sikap keras ini justru menjadi kontraproduktif bagi upaya rekonsiliasi," kata Hajri.
Kini Hajri hanya bisa berharap masih ada jalan rekonsilias. Karena kalau perpecahan internal Golkar terus meluas, bukan tidak mungkin akan lahir partai-partai baru sempalan Golkar.
(van/nrl)