Pimpinan Proyek Pabrik Semen Rembang, Heru Indra Wijayanto mengatakan saat ini progres pembangunan pabrik yang masuk di wilayah lima desa itu sudah 10,2%. Ia menegaskan tidak ada kendala teknis, hanya saja kendala sosial yang terjadi.
"Sudah 10,2%, masih leading. Masalah sosialnya cukup berat," kata Heru di kantor proyek pembangunan pabrik semen Rembang, Minggu (30/11/2014).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kami optimis mencapai target komersial. Produk komersial keluar akhir 2016 mendatang," tegasnya.
Heru mengakui sejak awal pembangunan pabrik, masalah sosial berupa penolakan dari warga gencar terjadi. Penolakan tersebut terkait isu kerusakan lingkungan di sekitar pabrik dan tambang. Meski demikian pihaknya sudah melakukan berbagai sosialisasi bahwa pabrik tidak membahayakan lingkungan. Hasilnya tiga dari lima desa sudah mendukung pembangunan pabrik.
"Dua desa Tegal Dowo dan Timbrangan memang ada rekan-rekan yang menolak, jumlahnya tidak banyak. Tegal dowo dari 1.525 KK (Kepala keluarga), 140 KK yang menolak. Di Timbrangan 45 KK dari 155 KK menolak. Tapi mereka militan," terangnya.
Diketahui pabrik dengan dana Rp 4,3 triliun itu bediri di tanah seluas 54 hektar untuk fisik pabrik, tambang tanah liat 110 hektar, sedangkan untuk tambang batu kapur sudah dibebaskan 200 hektar. Setidaknya 3.800 pekerja dibutuhkan saat pabrik sudah mulai beroperasi. PT. Semen Indonesia pun berkeinginan untuk memberdayakan warga sekitar pabrik.
(alg/vid)