Mantan Ketum Golkar Jusuf Kalla mulai ambil bagian untuk menengahi konflik di internal Golkar. Langkahnya diikuti Ketua Wantim Golkar Akbar Tandjung. Lalu bagaimana nasib Ketua Umum Aburizal Bakrie (Ical) yang sudah menjadwalkan Munas akan digelar 30 November 2014 besok?
Jusuf Kalla langsung ambil bagian setelah ada bentrokan dan rapat pleno kisruh di DPP Golkar yang berujung pembentukan Presidium Penyelamat Partai Golkar. JK lalu menggelar pertemuan dengan Agung Laksono yang juga Ketua Presidium Penyelamat Partai Golkar.
JK menyatakan kesediaan menengahi penyelesaian perpecahan di internal Golkar. JK menyatakan harapan agar Munas bisa digelar bersama oleh kedua kubu, dalam suasana yang demokratis dan tanpa tekanan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Gayung bersambut. Di tengah upaya JK mendorong rekonsiliasi, Ketua Wantim Golkar Akbar Tandjung
juga mendorong islah di antara dua kubu. Seolah mengamini harapan JK, Akbar langsung meminta Ical membatalkan Munas Bali.
"Demi menghindari pertentangan yang tak kondusif yang bisa mengarah perpecahan sebaiknya waktu pelaksanaan Munas IX pada 30 November - 3 Desember 2014 ditunda dan sekaligus digunakan untuk persiapan materi Munas terutama untuk merespons dinamika internal dan eksternal partai," ujar Akbar di rumahnya, Jl Purnawarman, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Kamis (27/11/2014).
Pernyataan Akbar ini cukup mengagetkan, sebab selama ini Akbar berada di belakang Ical dan selalu menegaskan Golkar berada di KMP. Akbar akan mengambil langkah aktif untuk menjajaki rekonsiliasi ini.
"Segera akan kita lakukan pembicaraan. Hari ini pun saya sudah bicarakan ke kedua belah pihak untuk bertemu. Munas akan dilakukan setelah keduanya sepakat," ucap mantan Ketum Golkar itu.
Apakah JK dan Akbar Tandjung benar-benar ingin Golkar islah, ataukan ini manuver politik dengan tujuan lain? Lalu apakah Ical akan menunda Munas Golkar?
(van/nrl)