Menurutnya, aksi itu hanyalah unjuk biasa atas respons tidak diakomodasinya masukan dari massa oleh Ketum Golkar Aburizal Bakrie (Ical).
"Saya ingin meluruskan apa yang dilakukan Yorrys bukan penyerangan, itu unjuk rasa biasa yang harusnya kalau moralitas pemimpin baik dihadapi saja dan apa maunya," ujar Andi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Yang diminta mekanisme dan aturan munas ada dibahas di pleno kemudian supaya Pak Ical konsisten terhadap hasil sebuah kompromi kawan-kawan yang mendesak," lanjutnya.
"Saya rasa Pak Ical saja yang tidak terampil (menghadapi persoalan seperti itu)," tegas Andi.
Dia pun membedakan penanganan konflik yang terjadi era kepemimpinan Akbar Tandjung dengan Ical. Menurutnya, saat itu setiap gesekan bisa diatasi dengan baik secara internal melalui rapimnas atau munas. Tidak seperti saat ini yang tereskpose ke publik hingga melahirkan perpecahan.
"Tidak pernah ada konflik sehebat ini sebelumnya di Golkar. Di zaman Pak Akbar ada konflik tapi bisa diselesaikan dengan baik dan kompromi. Poros Muda menawarkan jalan tengah tentunya," ucapnya.
Seperti diketahui, bentrokan terjadi pada Selasa (25/11) pukul 15.07 WIB ketika 60-an massa AMPG yang diketuai Ahmad Doli Kurnia berbaris di Kantor DPP Golkar. Tak lama kemudian massa AMPG lainnya yang merupakan loyalis eks pimpinannya, Yorrys Raweyai, meneriaki mereka dengan sebutan 'palsu' dan berujung bentrokan.
Akibat dari bentrokan tersebut sejumlah orang terluka. Rapat pleno DPP Golkar pun tertunda hingga lebih dari dua jam. Selain rusuh di luar, internal DPP Golkar juga kisruh dengan munculnya kubu tandingan yang dimotori Agung Laksono cs.
(aws/trq)