"Kesejahteraan guru pendidikan perlu ditingkatkan. Tetapi kesejahteraan tidak lepas dari mutu," kata JK dalam acara HUT PGRI di Istora Senayan, Jakarta, Kamis (27/11/2014).
Sesaat setelah JK mengatakan kata 'tetapi..', para guru langsung tertawa dan bersorak. Namun, JK langsung meneruskan kalimatnya agar peningkatan kesejahteraan guru setara dengan mutu pendidikan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Siap," teriak para guru sambil bertepuk tangan.
Ia menjelaskan sengaja menyinggung kesejahteraan guru dan mutu pendidikan karena sorakan yang keras dikeluarkan para guru saat Ketua PGRI Sulistyo meminta kesejahteraan guru meningkat.
"Tapi waktu disinggung mutu, semuanya diam," kata JK yang mengundang tawa para guru.
Dalam sambutannya, JK sempat bercerita pentingnya peranan guru dalam pembangunan bangsa Jepang usai Perang Dunia II. Saat itu, Jepang membangun negaranya dimulai dari peningkatan pendidikan rakyatnya. Di saat yang sama, Indonesia juga baru merdeka dan sedang menata pemerintahannya.
"Jepang hancur dan berkat guru bisa jadi maju. Dan kita tidak semaju bersama. Padahal kita bangkit bersama. Penting kita introspeksi," sambungnya.
JK berbicara banyak tentang pentingnya peran guru untuk masa depan bangsa. Ia ingin masyarakat Indonesia bisa lebih baik pendidikannya di tangan guru-guru Indonesia.
JK sempat menyinggung tentang banyaknya jumlah menteri yang hadir dalam acara itu. Ia menyebut hal itu dilakukan sebagai ucapan terima kasih atas jasa para guru yang membuat mereka bisa sukses termasuk JK sendiri.
"Jarang menteri datang ke ulang tahun organisasi. Mereka datang untuk ucapkan terima kasih termasuk saya karena tanpa guru saya tidak berdiri di sini," ucapnya.
Terakhir, JK menutup sambutannya dengan 2 pantun tentang guru.
"Ke hulu buat pagar, jangan terpotong batang durian. Cari guru tempat belajar, supaya jangan sesal kemudian," ucapnya.
"Masih ada satu lagi. Anak ayam turun sembilan, mati 1 tinggal 8. Untuk maju ilmu jangan ketinggalan, pada guru kita gantungkan harapan," pungkas JK.
(bil/rmd)