Pantauan di lokasi, Rabu (26/11/2014), ada sekitar petugas Dinas Kebersihan berseragam orange menyapu jalanan di depan Gedung DPRD DKI dan sekitarnya. Mereka membersihkan sampah-sampah bekas makan buruh, puntung rokok, dan kertas-kertas yang berserakan. Peluh terlihat mengaliri wajah mereka.
"Kalau ada demo kita harus stand by. Begitu mereka bubar kita langsung bersihin karena pasti banyak sampah ," ujar salah satu petugas Dinas Kebersihan, Madesa (42), sambil menyapu jalan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Sampai malam juga kalau mereka demo ya kita harus tetap stand by. Nggak ada tambahan, uang ngopi-ngopi juga nggak dapet. Cuma gaji aja udah," kata bapak anak 3 ini sambil mengusap keringat di keningnya.
Meski merasa beban pekerjaannya semakin berat dengan adanya demo, Madesa yang tinggal di daerah Karet Bivak ini tak mengeluh.
"Ya memang tambah banyak sih kerjaannya tapi nggak apa-apa, memang tugas kita nyapu. Itu juga hak mereka kalau demo. Asal jangan ada ribut-ribut aja ganggu orang. Semoga apa yang diminta bisa tercapai, syukur-syukur bisa bantu kita juga orang kecil," ungkap Madesa.
Berbeda dengan petugas kebersihan yang kepayahan usai ada demo, para pedagang kaki lima justru diuntungkan dengan adanya demo. Mereka bisa meraup untung lebih dari 2 kali lipat.
"Lumayan kalau ada demo. Kita ikutin soalnya banyak yang beli. Saya bisa dapet Rp 500 ribu kalau ada demo, tapi itu belum bersih," jelas pedagang minuman keliling di lokasi yang sama.
Saat berdemo memang tampak pedagang makanan dan minuman berjejer di sepanjang trotoar di Jalan Kebon Sirih. Berbagai jenis makanan dan minuman dijual. Namun menurut Andre, yang banyak membeli dagangannya saat ada aksi justru bukan dari pihak pendemo.
"Kalau yang demo jarang yang beli. Tadi buruh cuma 2 orang yang beli ke saya. Yang banyak beli itu polisi-polisi yang lagi jagain (demo), sama wartawan, kan banyak yang datang kalau lagi ada demo. Pak Polisi kalau minumannya abis beli lagi. Untung saya," tutup Andre sambil tertawa.
(ear/bil)