Sengkarut di tubuh Partai Golkar memantik mantan Ketua Umumnya yang juga Wakil Presiden Jusuf Kalla memberi komentar. Bahkan tercatat politisi berusia 72 tahun itu tiga kali 'menyindir' gaya kepemimpinan Ical.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
JK: Banyak Kader Golkar Mengeluh Soal Ical
|
Tak hanya gagal meraih kemenangan, gaya kepemimpinan Ical juga dinilai tidak demokratis. "Banyak sekali dan saya sampaikan langsung. Saya sampaikan jangan anda berbuat yang tidak demokratis," kata JK di kantor Wapres, Jalan Medan Merdeka Utara, Jakpus, Selasa (25/11/2014) kemarin.
Keluhan sejumlah kader itu menurut JK sudah disampaikan lengsung kepada Ical. Namun, Ical menjawab kalau semuanya baik-baik saja.
"Saya bilang jangan anda menekan-nekan. Dia jawab nggak ada. Tapi laporan dari bawah langsung, ya saya sampaikan langsung. Begitu caranya," sambungnya. Ia berharap sikap keras Ical untuk kembali maju dan menuai perlawanan ini tak membuat Golkar terbelah apalagi sampai ada Golkar tandingan.
Hanya di Kepemimpinan Ical
|
"Ndak ada Munas sebelumnya yang ricuh. Setahu saya ini pertama kali," kata Jusuf Kalla di kantor Wapres Jalan Medan Merdeka Utara, Jakpus, Selasa (25/11/2014).
Memang perbedaan pendapat kerap terjadi menjelang digelarnya Munas Golkar, namun JK menyebut semua bisa diselesaikan secara demokratis tak sampai ada bentrokan yang menimbulkan korban.
"Zaman Akbar (Akbar Tandjung) ada sih juga tapi tidak secara fisik hanya perbedaan pandang, katakanlah ada PKPI. Kemarin 2009 akibat tidak puas ada NasDem. Tapi cara itu demokrasi, tidak pakai fisik," pungkasnya.
Perolehan Suara Turun, JK Sindir Ical yang Niat Maju Lagi
|
JK tak mempermasalahkan keinginan Ical untuk jadi ketum Golkar lagi. Namun dia mengingatkan, dulu, dirinya merasa tak pantas untuk mencalonkan diri jadi ketum lagi karena perolehan suara Golkar di Pemilu 2009 lebih rendah dibandingkan Pemilu 2004.
"Ya semua orang di Golkar punya hak yang sama untuk maju, tergantung dukungan. Tapi sebagai ketua, dulu, karena suara turun, saya langsung gentleman mengatakan saya turun tidak mau maju lagi," kata JK kepada wartawan di Istana Wakil Presiden, Jalan Medan Merdeka Selatan, Jakarta Pusat, Jumat (14/11/2013).
Di Pemilu 2004, di bawah kepemimpinan Akbar Tandjung, perolehan suara Golkar sebesar 21,58%. Sedangkan di Pemilu 2009, di bawah kepemimpinan JK, perolehan suara Golkar sebesar 14,45%. Di Pemilu 2014, di bawah kepemimpinan Ical, perolehan suara Golkar sebesar 14,75%.
Jika dilihat dari persentase perolehan suara, Golkar di bawah kepemimpinan Ical memang sedikit lebih baik dari JK. Namun dari segi perolehan kursi di DPR, Golkar di bawah kepemimpinan Ical lebih sedikit 16 kursi dibandingkan Golkar yang dipimpin JK.
"Karena sekarang lebih turun lagi, macam-macam masalah, tidak ada yang dicapai, tentu saya yakin Ical legowo untuk mengakui itu. Bahwa butuh kearifan, bahwa yang bisa dua kali yang berhasil, semua gitu," ujar JK yang menjadi wapres tanpa membawa bendera Golkar ini.
"Saya tidak bilang Ical harus mundur, jangan salah catat. Saya kasih contoh diri saya bahwa kalau saya, suara turun, langsung minta tak maju lagi," imbuh JK.
Halaman 2 dari 4