“Parpol kita enggak pernah mendidik rakyat untuk memilih yang benar. Masih banyak praktik politik transaksional. Bayar iuran itu juga mendorong tumbuhnya transaksional,” kata Ahok.
Hal ini dikatakannya saat ditanya Donal Fariz, peneliti ICW yang jadi moderator dalam acara Konferensi Nasional Masyarakat Sipil dan Penguatan Demokrasi Pasca Pemilu 2014 di Hotel JS Luwansa di Rasuna Said, Kuningan, Jakarta Selatan, Selasa (25/11/2014).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ahok pun menceritakan pengalamannya saat beberapa kali masuk partai yang berbeda-beda. Menurutnya, pada praktiknya partai di Indonesia tak jauh beda.
“Waktu saya mencalonkan diri jadi gubernur Bangka Belitung, partai saya enggak minta uang tapi dia minta seluruh struktur partai di lapangan dilengkapi kantor-kantornya,” kata dia membuat peserta forum tertawa. Pada saat maju dalam Pilgub Babel, Ahok masih masuk dalam Partai Indonesia Baru.
“Kemudian saat maju dalam Pilkada DKI, harus saya hargai ada satu partai, Partai Gerindra yang menawarkan saya nyalon. Saya enggak tahu apa memang baik hati tanpa bayar atau memang merasa kalau mau mencalonkan saya dia bisa dapat positive point. Saya juga bayar sebetulnya dengan masuk Gerindra dulu karena terpaksa mundur dari DPR dan dari Partai Golkar,” ungkap Ahok.
(ros/rmd)