Evelyn datang bersama pengacara dan keluarganya. Perempuan yang mengenakan pashmina coklat itu langsung mencegat Ahok yang hendak masuk ke dalam ruangan gubernur.
Sambil terisak, ibu tiga anak itu menceritakan soal instalasi listrik yang tidak beres di STC yang membuat anaknya tewas kena setrum. Dia juga membawa foto-foto identifikasi polisi dan mengungkapkan kejanggalan di reklame neon box berupa kabel listrik yang telanjang.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dia juga berujar kecewa dengan tidak adanya CCTV di mall sehingga mempersulit proses pencarian bukti. "Apa enggak emosi kalau dibilang lumrah di mall enggak ada lift dan CCTV sesuai standar? Puskesmas tempat saya berobat saja tiap lorong ada CCTV apalagi eskalator di mall harusnya ada," ungkapnya.
Ahok mendengarkan dengan seksama keluhan warganya itu. Ia lalu mempertanyakan tujuan kedatangan Evelyn. "Ini maksudnya mau ngapain, saya tanya tujuan Ibu mau ketemu saya mau ngapain. Mau minta bantuan apa?" kata Ahok.
Pengacara Evelyn kemudian angkat bicara. "Ini kan warga Bapak juga, mereka menyampaikan ingin ketemu. Meminta perhatian Bapak sekaligus perlindungan jangan sampai anak-anak lain mengalami nasib serupa," kata pengacara Evelyn.
Ahok kemudian menanggapi keluh kesah itu. Ia sudah memerintahkan tim untuk turun ke lapangan.
"Saya sudah minta tim turun ke STC. Saya bilang, sampai masalah toilet anak pun saya bikin di seluruh Jakarta tetapi yang gedung lama saya tidak bisa kejar. Sampai disabilitas pun kita atur harus ada. Hal seperti itu saya perhatikan. Tetapi kalau sudah terjadi seperti ini, saya pertama turut berduka cita. Saya menyayangkan karena setiap nyawa berharga bagi saya," kata Ahok.
"Kedua, saya juga nggak bisa menghukum dia (STC) tanpa keputusan polisi. Saya hanya bisa menghukum dan mencabut sertifikat layak fungsi (SLF). Kalau Ibu nggak percaya sama polisi, saya nggak bisa mengatur polisi, Bu. Saya bukan presiden, Bu," lanjut Ahok.
"Iya ini kan warga Bapak," timpal pengacara itu lagi.
Suara Ahok terdengar agak meninggi. "Saya nggak bisa mau ngapain mereka karena peraturan kita lemah. Saya orangnya blak-blakan, ngomongnya jujur. Ibu pengin apa? Nyembelih yang punya toko? Tutup toko, tutup gedung atau mau apa? Kalau mau menghidupkan anak ibu, saya enggak sanggup.
Saya bilang ini mesti kita tutup tetapi mesti jelas alasannya. Saya sudah minta turun tim," jawab Ahok.
Untuk mencabut SLF, kata Ahok, dirinya sudah memerintahkan Dinas P2B turun ke lapangan mencari akar masalahnya.
"Kalau ada celah (masalah) saya minta dicabut SLF. Itu pun dengan risiko ratusan orang menganggur. Saya nggak peduli mesti dihukum salah satu mall yang kurang ajar biar orang takut. Mau berapa ribu orang demo saya nggak peduli. Cuma masalahnya, begitu dicari, dia (PSB) mengatakan tidak ada kabel keluar, hanya di lubang. Kalau begitu saya tidak mau debat dengan P2B. Saya tunggu polisi keluar data. Kalau polisi keluar data bahwa gedung itu tidak layak, berarti P2B saya tidak benar, saya akan stafin, akan saya pecat. Saya janji akan pecat Kadis P2B, kamu catat, itu janji saya," papar Ahok.
Di penghujung pertemuan itu, Evelyn dan keluarga bersalaman dengan orang nomor satu di Jakarta itu. Air mata Evelyn belum kering. Ia mundur dari hadapan Ahok dan memilih duduk di pojok ruangan. "Kecewa (mendengar jawaban gubernur). Tapi memang Pak Gubernur dapat jawaban dari P2B dan memang harus menunggu hasil dari polisi," ujarnya lirih.
(ros/aan)