Pertanyaan tentang menangani para murid yang bandel itu dilontarkan Rini, guru SMK Negeri 2 Jonggol saat menyampaikan uneg-unegnya dalam Konferensi Hari Guru di Perpustakaan Nasional, Jl Salemba Raya, Jakarta Pusat, Selasa (25/11/2014). Dalam acara ini 60-an guru berbagi pengalaman mendidik anak muridnya dan diskusi tentang kemajuan pendidikan di Indonesia.
"Bagaimana seharusnya sikap kami, ketika kami sudah sabar menghadapi para murid, namun murid-murid justru bandel dan membuat kami jadi nggak sabar. Kata Bapak kan kami harus sabar dalam mendidik. Tapi kenapa susah Pak?" tanya Rini pada pakar pendidikan, Profesor Dr Arief Rachman yang menjadi narasumber acara.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Ikhlas kuncinya, kesabaran tak ada batas. Kalau Ibu ikhlas mendidiknya, Insya Allah pasti akan sabar," ucap Arief.
Lain dengan Rini, Tono, guru SMK 1 Bogor bertanya soal bagaimana cara pendidikan di Indonesia bisa maju seperti di Jepang dan Korea Selatan.
Pertanyaan Tono, dijawab Arief dengan saran jangan terlalu membandingkan pendidikan di sana. Sebab Indonesia dan dua negara itu memiliki budaya yang berbeda dalam mendidik murid.
"Bapak-Ibu mau anak-anak dididiknya pakai rok mini, pergaulannya bebas, seks bebas tak terkendali dan ketahuan? Pendidikan kita lebih baik kok dari mereka. Memang soal teknologi kita kalah jauh. Tapi pendidikan kita dimasukkan dengan norma-norma yang mereka tidak punya," ujar Arief.
"Jangan membandingkan Indonesia juga dengan Singapura. Singapura itu nggak lebih luas dari Rawamangun. Ngapain dibanding-bandingkan? Tugas kita sebagai pendidik lah yang diharapkan dapat memajukan pendidikkan di Indonesia," tambahnya.
(slm/nwk)