Seperti dilansir Reuters, Senin (24/11/2014), militer Kenya mengklaim berhasil mengejar para pelaku penyerangan keji terhadap bus yang berisi para wisatawan tersebut. Menurut militer Kenya, para pelaku melarikan diri ke Somalia lewat perbatasan darat, setelah beraksi pada Sabtu (22/11) lalu.
"Dua operasi berhasil dilakukan dengan sukses terhadap para pelaku pembunuhan di perbatasan. Aksi balas dendam kami menewaskan lebih dari 100 militan," terang Wakil Presiden Kenya, William Ruto.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Pesan kami kepada mereka sangat jelas - kalian mungkin bisa menyelinap dan menyerang warga sipil tak bersalah. Tapi bagi setiap serangan di Kenya dan rakyatnya, kami akan mengejar kalian ke manapun kalian pergi," tegas Ruto, tanpa menyebut nama militan Al-Shabaab.
Namun juru bicara operasi militer Al-Shabaab, Sheikh Abdiasis Abu Musab menyebut bahwa seluruh pelaku penyerangan bus wisata tersebut tidak terluka sedikitpun oleh serangan militer Kenya.
Al-Shaab yang berasal dari Somalia mengklaim bertanggung jawab atas serangan yang terjadi di Mandera, sebuah kota yang terletak di dekat perbatasan Somalia dan Ethiopia. Menurut mereka, serangan tersebut merupakan balasan dari pengerebakan yang dilakukan militer Kenya terhadap beberapa masjid di Mombasa.
Dalam serangan keji tersebut, para pelaku memisahkan penumpang Muslim dari penumpang non-Muslim dengan meminta mereka membaca ayat-ayat Al-Quran. Para penumpang yang gagal membacanya kemudian ditembak di kepala.
Palang Merah Kenya mengkonfirmasi, 28 orang dari total 60 penumpang bus tewas, dengan rincian 19 orang merupakan laki-laki dan 9 orang lainnya merupakan perempuan.
Salah satu penumpang yang selamat, Douglas Ochwodho, bercerita bagaimana ia hendak dibunuh tetapi tidak ditembak dan kemudian berpura-pura mati di antara mayat-mayat.
(nvc/try)