Antre untuk menumpang taksi tak perlu dibingungkan oleh hujan tawaran, tinggal pilih mobil yang ingin dinaiki. Tentu sudah ada keterangan harga rata-rata pada papan pengumuman sehingga tak perlu khawatir.
Secara umum tak banyak perbedaan dengan Jakarta ketika baru keluar dari kompleks Changi Airport. Jalan tol yang diramaikan mobil berwarna-warni saling berlomba namun tetap teratur.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Memandangi sisi jalan yang sarat akan tembok, sama sekali tak tampak grafiti atau pun sekadar poster iklan. Trotoar pun lebar, hampir selebar satu lajur kendaraan.
Walau tak ada polisi, tetapi kendaraan berhenti di belakang garis putih ketika lampu lalu lintas berwarna merah. Pejalan kaki yang ingin menyeberang pun tak perlu mencari-cari di mana zebra cross berada.
Pejalan kaki bisa menikmati perjalanan karena tak diganggu sepeda motor yang naik trotoar. Tak ada pula pedagang kaki lima yang mengembat jatah pejalan kaki.
Apa yang membuat suasana Singapura begitu berbeda dengan Jakarta meski sama-sama megapolitan?
"Kami mempersilakan pengembang untuk meningkatkan teknologi manufaktur sehingga dapat berkompetisi secara global untuk mensuplai sistem ramah lingkungan. Singapura menjadi kota paling aman dan terdepan dalam penegakan hukum internasional," ujar Asisten Direksi Singapore Economic Development Board Lim Kok Kiang, Rabu (19/11/2014) lalu.
Hal itu disampaikan dalam Hitachi Innovation Forum 2014 di Suntec Singapore Convention and Exhibition Centre, Singapura. Lim juga menyatakan bahwa pemerintahan Singapura memiliki visi untuk terus berinovasi dalam teknologi.
"Kami bervisi untuk mengembangkan smart city yang berkelanjutan yakni mencakup mobilitas masyarakat, energi terbarukan, keamanan dan pengamanan, lingkungan dan perairan, serta pembangunan lingkungan dan manajemen kota," imbuh Lim.
Akankah Jakarta atau kota-kota lain di Indonesia punya visi seperti ini?
(bpn/rmd)