'Program' nonton bareng (nobar) ini diharapkan Ahok mampu menggenjot bangkitnya industri perfilman di Tanah Air. Film-film Indonesia yang ditonton Ahok bersama anak buahnya itu harus bermutu dan mampu menyentuh hati nurani.
Ahok juga memberi wejangan kepada anak buahnya setelah menyaksikan film tersebut mulai dari pencegahan korupsi hingga mengajak anak buahnya peduli orang pinggiran.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Berikut 4 kisah Ahok nobar:
1. Efek Korupsi Bagi Keluarga
|
Pemutaran film dilakukan di studio 1 Epicentrum XXI, Rasuna Said, Kuningan, Kamis (20/11/2014). Setelah menyelesaikan pekerjaannya Ahok tiba di lokasi pukul 19.45 WIB dan langsung masuk ke studio.
Hadir juga beberapa pejabat DKI seperti Kepala BPKD Heru Budi Hartono, Kepala Biro Kepala Daerah dan Kerja Sama Luar Negeri (KDH-KLN) Muhammad Mawardi, Asisten Sekda Bidang Pemerintahan DKI Mara Oloan Siregar, Kepala Dinas Olahraga dan Pemuda DKI Ratiyono, dan Wali Kota Jakarta Barat Anas Effendi.
Ahok yang duduk di kursi VIP terlihat sangat serius menikmati film berdurasi 140 menit itu. Menurutnya film produksi Cangkir Kopi Productions itu sangat apik untuk menunjukkan efek perbuatan korupsi bagi suatu keluarga.
"Kita ini kerjasama dengan KPK bagaimana soal pencegahan korupsi. Bagaimana susahnya sebuah keluarga kalau sampai terlibat korupsi," kata Ahok usai pemutaran film. Dia sempat foto bareng para aktor termasuk Fauzi Baadila dan Nungki Kusumastuti.
"Yang penting semua orang terketuk hati nuraninya. Hati nurani itu sama, mau dia ras atau etnis apapun. Dengan film ini harusnya dia bisa merasa. Kita kasih tunjuk film ini untuk menunjukkan bahwa KPK sangat serius melakukan preventif dan serius untuk menindak. Jadi jangan anggap remeh dan kami di DKI juga serius. Saya bilang, dua tahun ini kita preventif, saya maafkan. Tapi ke depan, saya akan sikat anda kalau masih korupsi," tegas Ahok.
2. Tidak Ada yang Imun terhadap Korupsi
|
"Kita kan sewa (studio), sama biaya makannya tadi Rp 50 juta. (Diambil) dari biaya operasional," kata Ahok di Studio 1 Epicentrum, Kuningan, Jakarta Selatan, Rabu (27/8/2014).
Acara nonton film ini merupakan kerjasama dengan KPK. "Ide nonton film ini dari Pak Bambang (Bambang Wijoyanto, Wakil Ketua KPK -red). Dia bilang sama saya ada 2 film yang seharusnya ajak pegawai PNS nonton," ucap politisi Gerindra ini.
Film lain yang direkomendasikan oleh Bambang, kata Ahok berjudul 'Kita dan Korupsi'. Ahok menilai, acara nonton film bareng semacam ini merupakan pengarahan secara halus.
"Saya ajak teman-teman DKI ini nonton bukan untuk merasa kuat. Tapi mengingatkan bahwa kita, termasuk saya tidak ada yang imun terhadap korupsi," ujarnya.
Ahok menegaskan, ia akan bersikap tegas pada bawahan-bawahannya yang terbukti melakukan korupsi. Pria asal belitung in bahkan tak akan segan-segan mencopot anak buahnya jika terbukti bersalah.
"Mari kita lupakan masa lalu di DKI. Saya selalu ulangi yang sama, bahwa kalau yang masa lalu, saya akan bela bapak ibu. Tapi kalau begitu kami masuk masih ada yang main (korupsi), kami akan lakukan pemecatan. Nggak ada toleransi. Itu harapan saya dari acara nonton ini," tutupnya.
3. Jakarta Butuh Orang Punya Hati
|
"Kami berterimakasih ada produser yang mau buat film seperti ini ya. Karena sebetulnya industri film nasional kami ini sudah payah sebenarnya. Apalagi kisahnya sangat baik," ucap Ahok usai menonton film bareng jajaran PNS pemprov DKI, di XXI Epicentrum, Kuningan, Jakarta Selatan, Senin (13/10/2014) malam.
Orang nomor dua di DKI ini berujar ada pesan politis dan Kebhinnekaaan dalam film Tabula Rasa tersebut. Tokoh Hans yang asal Papua bisa saling memberikan harapan dan semangat dengan tokoh Mak yang asal Papua. Menurutnya pesan film ini seakan memberikan sentilan bagi dunia politik.
"Papua yang Kristen dan Padang yang Islam banget. Satu bilang Alhamdulillah, sebelah bilang Puji Tuhan. Satu bilang sapi, satu bilang babi. Kalau dalam dunia politik ini bisa jadi masalah. Tapi inilah Indonesia. Secara politik ini sangat Bhineka Tunggal Ika, Indonesia sesungguhnya," ucapnya.
Dari film tersebut, Ahok berujar ada beberapa pesan-pesan yang bisa dipetik. Pertama, jika bicara kemanusiaan, ada rahasia Tuhan yang tidak kita mengerti dalam hidup manusia. Kedua, jika pakai nurani maka perbedaan bukan sesuatu yang penting.
"Kenapa saya ajak (PNS) nonton, ini Jakarta banyak sekali orang-orang luar kota yang datang tiba-tiba gagal atau dicampakkan orang, nah ini butuh pemerhati-pemerhati. Orang yang punya hati untuk urusin. Di Jakarta kami membutuhkan orang yang punya hati, jangan ada orang susah lantas dicampakkan, dicurigai mencuri rampok atau apa tapi ada pendekatannya seperti di film ini," ucapnya.
Ahok mengaku dia pakai dana operasionalnya untuk menyewa satu studio. Pantauan detik,com, banyak pejabat PNS pemprov DKI yang hadir, termasuk pada deputi gubernur dan walikota. Namun studio 2 yang disewa Ahok itu tidak terlalu penuh. Selain PNS dan wartawan, pemutaran film itu juga dihadiri oleh seluruh pemain film, sutradara, produser dan beberapa artis.
Film berdurasi dua jam ini mempertemukan tokoh-tokohnya lewat kemanusiaan dan ingatan akan sepinggan gulai ikan kakap. Menurut produsernya, Sheila Timothy, Tabula Rasa berasal dari Bahasa Latin yang berarti kesempatan untuk memulai.
"Kita pakai makanan sebagai elemennya untuk menunjukkan proses kembali tanpa prasangka. Harapan dan doa dari kami bahwa Indonesia bisa mengingat kembali akan rasa yang hilang, toleransi keberagaman dan persatuan. Kerinduan akan nilai-nilai kekeluargaan yang sudah lama hilang," ucapnya.
4. Jangan Persulit Orang Hidup di Jakarta
|
Ide pemutaran film itu sendiri diusulkan oleh Ahok. "Itu kan kisah 3 orang yang berjuang hidup di antara 12 juta penduduk Jakarta. Jadi Satpol PP ini nggak boleh mempersulit orang untuk hidup. Tugas kita membuat otak, perut dan kantongnya penuh kan, orang di jalanan mau ngamen mau apa itu punya kesusahan sendiri. Cariin dong rumah, kerjaan, sekolah," kata Ahok di Balai Kota, Jakarta Pusat, Rabu (20/5).
Ahok mengajak seluruh SKPD dan UKPD di DKI menonton film tersebut agar tercerahkan nuraninya sebagai abdi negara. Menurutnya semua orang di Jakarta punya cita-cita dan harapan, maka seharusnya para aparat jangan mempersulit, tapi seharusnya membantu warganya.
"Saya mau panggil seluruh PNS, walikota, kepada dinas dan lurah-camat ini untuk nonton. Saya tahu ada film ini, saya enggak sempat nonton, jadi saya suruh Kominfo kontak yang punya film dan kita putar di Balai Kota deh," ujarnya.
Film 'Jalanan' berkisah tentang Jakarta dan potret Indonesia melalui kehidupan tiga pengamen muda humoris. Mereka tetap gigih menjalani hidup meski sehari-hari terpinggirkan di tengah hiruk pikuk kota metropolitan Ibukota.
Dokumenter bikinan Daniel Ziv ini berdurasi 107 menit dan mengangkat kisah nyata tentang kisah jalanan di sudut ibukota. Film tersebut menang sebagai Dokumenter Terbaik dalam Busan International Film Festival.
Saat ini sudah terlihat puluhan PNS dari kantor walikota dan Lurah-Camat DKI yang mengenakan seragam coklat mulai hadir di Balai Agung. Acara nonton bareng ini dijadwalkan mulai pukul 14.00 WIB namun hingga 14.30 WIB, pemutaran film belum dimulai.
Halaman 2 dari 5