Adalah Kepala Sekolah SMA 76 Jakarta Retno Listyarti yang meminta bantuan pihak Polsek Cakung untuk mengambil gambar kegiatan geng pelajar di tempat-tempat biasa mereka nongkrong. Foto itu akan digunakan sebagai bukti kepada orangtua siswa karena sebagian dari orangtua siswa meyakini anaknya berperilaku baik.
"Ketika itu saya bersama anggota Polsek Cakung yang mendampingi melakukan investigasi bersama ke lokasi mereka nongkrong. Anggota berpakaian preman mengambil gambar lalu diberikan ke kami dan kami tunjukkan ke mereka, sehingga mereka tidak bisa membantah juga ke orangtuanya," kata Retno kepada detikcom, Sabtu (22/11/2014).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kami datangi tempat nongkrongnya dan mengamati, jadi itu betul adanya. Orangtua saat kami panggil bilan anaknya baik dan ikut les. Saya bilang, kalau semuanya 'dibilang' baik-baik saja, nanti kita akan menyesal. Sebelum itu terjadi, mari kita selesaikan bersama," kata mantan guru bahasa Inggris ini.
Untuk memberantas geng pelajar, bagi Retno, tak cukup hanya meminta bantuan orangtua, guru dan sekolah. Kepolisian pun, menurut Retno, bersedia membantu pihak sekolah untuk memetakan 'kegiatan' geng pelajar di luar jam sekolah.
"Saya juga dapat informasi dari warga sekitar, ada yang melihat mereka nongkrong dan bermain kartu. Kami mengecek ternyata bukan siswa dari sekolah kami, tapi kami tidak membiarkannya dengan cara memberitahu sekolah lain. Ini kan untuk melindungi anak-anak kita," papar Retno.
Sementara untuk menghilangkan aktivitas gangster di dalam lingkung sekolah, Retno menerapkan sistem pengaduan bullying di sekolah yang ia pimpin. Namun sistem ini tak akan berjalan jika tidak ada rasa saling percaya antara guru dan murid.
"Makanya penanganan aduannya juga harus dilakukan betul sehingga menumbuhkan kepercayaan kepada anak-anak," tutup Retno.
(vid/iqb)