Sore itu Kamis (20/11), belasan siswa berseragam SMA asyik nongkrong di kawasan Jl Mahakam, Kebayoran Baru, Blok M, Jaksel. Dengan santai asap dikeluarkan dari mulut sejumlah remaja itu.
Beberapa siswa yang lebih tua mendominasi tongkrongan itu. Selidik punya selidik, mereka rupanya siswa kelas XII atau kelas 3 SMA.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Siswa yang dipanggil itu mendekat. Dia berdiri di depan seniornya itu. ""Lu mesti tahu, Gorasix6 itu masih ada, kalau mau jadi anak SMA 6 harus berani," tutur siswa senior kepada yuniornya itu.
Gorasix6 ini menurut ceritanya dibuat puluhan tahun lalu. Awalnya bernama Antrup atau anti trupala. Trupala ini merupakan komunitas pencinta alam. Konon hanya ada dua geng sekolah di SMA itu. Hingga akhirnya, Antrup berkembang dan membesar, sedangkan Trupala menyusut.
Antrup pun kemudian berkembang menjadi Gorasix6. Belakangan, geng sekolah ini malah menjadi perkumpulan untuk melakukan tawuran.
"Kalau anak-anak Gorasix6 nggak pernah cari musuh," tutur siswa berinisial A yang tak mau disebut namanya.
Dia mengaku sebuah kebanggaan melekat pada nama Gorasix6 itu. Sejarah yang panjang, solidaritas dan pertemanan. Bagi dia soal bully kepada adik kelas bagian dari tes mental. Toh mereka akan bersatu padu melawan musuh sekolah luar.
"Kita cuma bertindak kalau diserang," kata dia lagi.
Para siswa ini seperti tak ambil peduli dengan langkah Pemprov yang memasukkan Gorasix6 sebagai salah satu geng yang dibubarkan. Toh, bagi mereka dibubarkan atau tidak memang tak pernah diakui keberadaan organisasi mereka secara resmi.
Tak pernah ada ketua geng di dalam Gorasix6 ini. Semua bergantun pada senioritas. ""Kita bangga disebut Gorasix6," tutur siswa itu yang disambut senyum teman-temannya.
Sore semakin menjelang. Para siswa itu pun segera beranjak pergi ke rumah masing-masing. Besok mesti bersekolah lagi. Tak ada tawuran memang sore itu. Tapi dilihat dari nada bicaranya, para remaja ini seperti menyimpan kekaguman akan sejarah geng sekolah itu.
(ndr/mad)