Jaksa Agung: Dari Hakim, Tentara, Dokter hingga Politisi

Jaksa Agung: Dari Hakim, Tentara, Dokter hingga Politisi

- detikNews
Jumat, 21 Nov 2014 12:43 WIB
Gedung Kejaksaan Agung (ari saputra/detikcom)
Jakarta -

Presiden Joko Widodo (Jokowi) melantik Prasetyo sebagai Jaksa Agung untuk lima tahun ke depan. Prasteyo dilantik di tengah ketidakpuasan publik yang menilai politikus tidak layak menjadi aparat penegak hukum.

Berdasarkan catatan detikcom, Jumat (21/11/2014), sepanjang Indonesia merdeka, jabatan Jaksa Agung diisi berbagai kalangan. Pada awal-awal kemerdekaan, Jaksa Agung diisi oleh hakim senior di mana waktu itu antara Kejaksaan dan Pengadilan masih satu atap.

Usai merdeka, Jaksa Agung dijabat pertama kali oleh Gatot Taroenamihardja dan dilanjutkan Kasman Singodimedjo setahun setelahnya dan diteruskan oleh Tirtawinata.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Jaksa Agung keempat, R Soeprapto menjadi Jaksa Agung pada tahun 1951 hingga 1959. Mengenyam pendidikan Sekolah Hakim di Batavia pada 1920, Suprapto mengawali karier sebagai hakim di Landraad (pengadilan umum untuk bumiputera) Tulungagung dan Blitar, Jawa Tengah. Setelah itu dia bertugas di berbagai daerah hingga memasuki era Jepang. Usai kemerdekaan, Soeprapto menjadi Ketua Pengadilan Karesidenan Pekalongan hingga Soekarno mengangkatnya menjadi Jaksa Agung. Patung Soeprapto kini berdiri di depan gedung Kejaksaan Agung, Jakarta Selatan sebagai penghormatan atas pengabdiannya dan dijadikan Bapak Jaksa Indonesia.

Di era Demokrasi terpimpin, militer mulai masuk ke kejaksaan yaitu Brigjen A Soethardio (1964-1966). Saat Soeharto berkuasa, militer paling banyak duduk di pucuk pimpinan Korps Adhyaksa tersebut yaitu Brigjen Soegih Arto, Letjen Ali Said, Mayjen Hari Suharto, Letjen Ismail Saleh, Laksamana Muda Sukarton Marmosujono.

Soeharto baru memunculkan Jaksa Agung dari non militer mulai 1990 dengan menunjuk Singgih dan Soedjono C Atmonegoro. Baru 88 hari menjabat, Soeharto tumbang dan Soedjono pun diganti oleh Presiden BJ Habibie dengan menunjuk Letjen Adi Ghalib.

Memasuki era Reformasi, latarbelakang Jaksa Agung mulai beragam. Dimulai dengan politikus Partai Golkar Marzuki Darusman dan jaksa karier Baharuddin Lopa.

Di masa ini juga nama Jaksa Agung berlatar belakang pendidikan dokter yang menjadi Jaksa Agung yaitu Marsilam Simanjuntak. Setelah itu kembali digantikan jaksa karier MA Rachman. Abdul Rahman Saleh memberi warna baru yaitu Jaksa Agung yang berlatarbelakang hakim agung. Setelah masuk era Presiden SBY, kembali masuk jaksa karier Hendarman Soepandji sebagai Jaksa Agung.

Namun karier Hendarman berakhir tragis. Hendarman merupakan satu-satunya Jaksa Agung yang dilengserkan lewat pengadilan yaitu Mahkamah Konstitusi (MK). Sebagai penggantinya, Hendarman digantikan jaksa karier Basrief Arief.

Memasuki era Pemerintahan Jokowi, politikus kembali masuk Kejaksaan yaitu dari Partai NasDem yaitu Prasetyo.ο»Ώ

(asp/van)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads