Penyelundupan manusia masih terus marak dari waktu ke waktu. Sebagian masyarakat Indonesia seringkali ikut terlibat. Obatnya, antara lain, melalui konsep "blusukan".
Demikian disampaikan oleh Dirjen Multilateral Kemlu, Hasan Kleib, dalam pembukaan Regional Workshop on Irregular Migration through Effective Campaign (19/11) di Legian Bali. Acara ini dihadiri 53 perwakilan dari 16 negara dan beberapa organisasi internasional.
Menurut Hasan, target dari penyelundupan manusia adalah kaum papa yang rendah pendidikannya. Biasanya mereka berada di desa-desa. Awalnya dijanjikan pengharapan yang bagus di luar negeri namun kenyataannya menghadapi masalah yang sangat rumit.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pentingnya blusukan juga karena para penyelundup manusia juga melakukan hal yang sama. Mereka datang ke daerah yang masyarakatnya miskin kemudian menebar janji kehidupan mewah di luar negeri. "Penyelundup manusia juga melakukan komunikasi langsung (blusukan)," imbuhnya.
Bahkan, penyelundup kadang menggunakan hal-hal yang tidak masuk akal seperti menjanjikan menyeberang ke negeri lain dengan kapal mewah. Padahal prakteknya bisa jadi kapal yang digunakan adalah kapal nelayan yang bisa mencelakakan.
Menurut Direktur Keamanan Internasional dan Perlucutan Senjata Kemlu, Andy Rachmianto, penyelenggaraan lokakarya regional ini merupakan bukti komitmen bahwa Pemerintah Indonesia siap bekerjasama untuk memerangi penyelundupan manusia.
"Di Bali ini, para peserta akan tukar pengalaman dalam memerangi pennyelundupan manusia untuk kemudian diaplikasikan di negara masing-masing. Selain itu kita harapkan juga muncul sejumlah rekomendasi yang bisa dikerjasamakan" kata Andi.
(try/try)