Keluarga Dokter akan Pidanakan Suriah di Mahkamah Internasional

Keluarga Dokter akan Pidanakan Suriah di Mahkamah Internasional

- detikNews
Rabu, 19 Nov 2014 10:26 WIB
Jakarta -

Abbas Khan tewas sehari sebelum pembebasan dari penjara Suriah.

Keluarga ahli bedah Inggris yang tewas di penjara Suriah mengatakan kepada BBC mereka hendak membawa kasus itu ke Mahkamah Pidana Internasional.

Dr Abbas Khan, seorang ayah berusia 32 tahun dari London selatan, tewas pada 16 Desember 2013 ketika berada dalam tahanan di Damaskus.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sebuah penyelidikan menyimpulkan, ia mati dibunuh dan bukan bunuh diri sebagaimana dikatakan pihak berwenang Suriah.

Keluarganya mengatakan, mereka bertekad melanjutkan perjuangan mereka untuk mengidentifikasi pembunuh Dr Khan dan membawanya ke pengadilan.

'Merawat warga sekarat'

Dr Khan meninggal sehari sebelum ia dijadwalkan akan dibebaskan.

Ahli bedah ortopedi dari Streatham itu meninggalkan istri dan dua anaknya pada bulan November 2012 untuk bekerja di sebuah rumah sakit lapangan di kota Aleppo, Suriah, yang dikuasai pemberontak.

Dia ditangkap 48 jam setelah tiba di negara itu.

Ia memang masuk tanpa visa, namun seperti dikatakan kepada keluarganya ia "ditangkap karena mengobati warga sipil, yang digolongkan sebagai tindakan terorisme".

Saudara perempuannya Sara Khan mengatakan,"Ada yang ingin dia mati, dan sebagai sebuah keluarga kita harus bisa mencari tahu siapa orang-orang ini dan mengapa.

"Kami ingin membawa kasus ini ke Mahkamah Pidana Internasional di Den Haag dan menuntut kompensasi dari pemerintah Suriah.

"Ini memang kasus yang sangat rumit dan tidak akan mudah, mungkin makan waktu bertahun-tahun."

Merasa gagal

Ibu Dr Khan, Fatima, terbang ke Damaskus pada bulan Juli tahun 2013, mengunjungi sejumlah kedutaan dan penjara sebelum ia melacak anaknya.

Abbas bersama salah seorang anaknya

Upayanya untuk membawa anaknya pulang digambarkan sebagai perjuangan "manusia super" .

Tapi ia, sebaliknya merasa gagal sebagai seorang ibu karena tidak bisa membawa anaknya pulang dalam keadaan hidup.

Ia berkata,"Saya menyalahkan diri saya sendiri setiap hari bahwa saya tidak bisa menyelamatkan anak saya.

"Tidak ada yang bisa mengembalikan Abbas kembali, tidak ada yang bisa menghapus penderitaan saya, tapi sekarang kita butuh keadilan.

"Kami ingin para pelakunya dihukum. Kami akan berjuang selama yang dibutuhkan."

(nwk/nwk)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads