
Ribuan warga Indian saat pemakaman dua anggota mereka yang terbunuh oleh FARC, 8 November 2014.
Kolombia membekukan perundingan damai dengan kelompok pemberontak Marxis FARC, menyusul penculikan terhadap seorang jenderal.
Jenderal Ruben Dario Alzate Mora, komandan satuan elit Titan di kawasan Choco, Kolombia barat, dilaporkan diculik saat bepergian dengan perahu di sebuah sungai di daerah terpencil.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
FARC dan pemerintah sudah melangsungkan perundingan sejak dua tahun lalu, namun tidak memberlakukan gencatan senjata.
"Para perunding dijadwalkan untuk bertolak ke Havana untuk melanjutkan pembicaraan," kata Presiden Santos, seperti dikutip kantor berita Reuters Minggu malam.

Presiden Kolombia Juan Manuel Santos mengumumkan pembekuan perundingan
Namun, "Saya akan memerintahkan mereka untuk tidak pergi, dan perundingan akan dibekukan sampai yang diculik dibebaskan."
Menuntut penjelasan
Jenderal Alzate sedang berperahu di sungai Atrato di utara provinsi Choco.
Ia berhenti di sebuah desa bernama Las Mercedes, sekitar 15 km dari kota Quibdo untuk berbicara dengan masyarakat setempat.
Ia ditemui oleh para pemberontak yang diduga berasal dari divisi ke34 FARC, ungkap sebuah laporan.
Para pemberontak menggeledahnya dan membawanya bersama dua orang lainnya - pengacara Gloria Urrego dan kapten Jorge Rodriguez Contreras - serta menawan mereka sebut tentara Kolombia.

Para gerilyawan di hutan belantara Kolombia, FARC dalam foto tahun 2001.
Di akun twitternya, President Santos meminta penjelasan dari Menteri Pertahanan, tentang apa yang dilakukan Jenderal Alzate di kawasan yang penuh dengan pemberontak berpakaian masyarakat biasa.
Lebih dari dua tahun lalu FARC mengumumkan untuk menghentikan kebijakan menculik sebagai isyarat kesedian menjalankan proses pembicaraan damai.
Namun setelah menculik dua serdadu di provinsi Arauca beberapa waktu lalu, mereka menjelaskan bahwa penghentian penculikan itu hanya berlaku untuk masyarakat sipil, bukan militer.
Awal bulan ini, para pemberontak FARC membunuh dua petugas dari kalangan warga asli Indian di Toribo, Cauca, saat keduanya bermaksud mencabut sejumlah spanduk peringatan pemimpin gerilya Alfonso Cano.
Diperkirakan 220.000 orang telah tewas sebagai korban konflik bersenjata di Kolombia yang sudah berlangsung selama lima dasawarsa.