Mengajar Wanita Pedalaman Kepri Untuk Mengenal Lampu Tenaga Surya

Laporan dari Singapura

Mengajar Wanita Pedalaman Kepri Untuk Mengenal Lampu Tenaga Surya

- detikNews
Sabtu, 15 Nov 2014 07:03 WIB
Singapura - Social Enterpreneur diperkenalkan untuk berbisnis tak hanya untuk keuntungan tapi memberi perubahan positif pada kehidupan masyarakat. Salah satunya dilakukan pada wanita-wanita pedalaman Kepulauan Riau.

‎Nusantara Development Initiatives (NDI) adalah kelompok social enterpreneur yang mencoba menjangkau pedalaman Kepri yang belum terjangkau aliran listrik. Mereka memperkenalkan lampu bertenaga surya untuk mengganti lampu petromax yang selama ini mereka gunakan.

Namun, bukan para lelaki yang bekerja melainkan ibu-ibu rumah tangga yang putus sekolah atau hanya tinggal di rumah selama ini. Ibu-ibu ini diberi nama 'Ibu Rumah Terang'.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"‎Kami tidak menjual barang tapi memberikan business skill pada ibu-ibu sehingga mereka memiliki mata pencaharian sendiri, " kata Co founder NDI Fairoz Ahmad saat berbincang dengan wartawan di The Hub, Somerset Rd, Singapura, Jumat (14/11/2014).

Pengalamannya sebagai volunteer saat bencana tsunami di Aceh membuatnya ingin memberikan bantuan namun berupa kemampuan berwirausaha. Karena itu, ia bersama beberapa kawannya asal Indonesia memutuskan untuk mencoba 'berjualan' lampu bertenaga Surya pada warga Indonesia di pedalaman.

Ia memulai kegiatannya di tahun 2010 dengan mensurvei sejumlah tempat di Indonesia yang masyarakatnya masih menggunakan lampu petromax. Akhirnya mereka menemukan 3 desa yang di antaranya ada di pelosok Jawa Timur dan Kepulauan Riau. Namun, akses yang lebih mudah membuat mereka akhirnya memilih Kepri.

Bukan hal yang mudah melatih ibu-ibu tak tamat sekolah untuk berbisnis. Mereka membutuhkan waktu 1 tahun untuk melatih 3 orang wanita sebagai langkah awal.

"Kami coba menjelaskan tentang bahaya minyak Tanah dan uang yang harus mereka keluarkan untuk membeli minyak tanah. Tapi itu tak bisa ditangkap mereka. Mereka baru mengerti ketika kami jelaskan lampu ini akan lebih murah dari lampu petromax," kata Ahmad sambil tertawa.
 
Ia mencontohkan seorang ibu, Zaiman (58) yang tak dapat menulis dan membaca sebaik ibu-ibu lainnya. Ia sempat menolak karena putus asa lebih dulu karena tak bisa tulis dan membaca. Namun, anaknya yang berusia 12 tahun menjadi pemantik kesuksesannya. Anak itu menerjemahkan penjelasan pihak NDI pada Zaimah hingga ia mengerti. Berjalan 3 tahun, Zaimah menjadi salah satu anggota yang paling sukses.

"Awalnya, ibu-ibu ini sama sekali pemalu dan tak memiliki rasa perc‎aya diri untuk menjelaskan pada orang. Namun sekarang, mereka bisa menjual puluhan lampu untuk masyarakat," ucapnya.

Lampu solar ini dipasok dari sebuah perusahaan asal AS dan dibandrol dengan harga Rp 180 ribu dengan sistem cicilan. Untuk setiap lampu, ibu-ibu itu mendapatkan bagi hasil Rp 23 ribu. Harga lampu sebenarnya tentatif dan sangat tergantung dari pola distribusi dari Singapura menuju lokasi.

Setelah 3 tahun, NDI kini sudah mengembangkan 22 'Ibu Rumah Terang' di 3 desa di Kep Riau.‎Mereka mampu menjual 3 ribu lampi pada 12 ribu warga di 25 desa sekitar. Setidaknya, mereka telah menghemar pengeluaran Rp 1,7 miliar dalam 1 setahun.

Kini, masyarakat di sejumlah desa terluar Kep. Riau sudah bisa menikmati penerangan jika ingin kemana-mana. Di tahun 2013, pemerintah akhirnya membuat solar panel‎ untuk masyarakat. Kini NDI membuka perwakilan di Indonesia dan akan mencoba merambah wilayah Jawa yang belum tersentuh listrik.‎ Mereka sengaja membuat lampu solar untuk memperbaiki penghidupan masyarakat khususnya wilayah terluar Indonesia dengan penerangan.

Selain NDI, detikcom juga bertemu sejumlah social entrepreneur Singapura di The Hub yang menjadi tempat pertemuan mereka. Mereka menciptakan berbagai ide bisnis yang tak hanya mendatangkan keuntungan namun memberi dampak sosial yang baik untuk masyarakat.

Berbagai inovasi social entrepreneur ini diantaranya dari The Dorsal Effect yang mengedukasi warga Lombok tak berburu ikan paus untuk dijual, The Gone Adventure yang memberikan edukasi pendidikan pada masyarakat miskin dan Warter Oh yang memperkenalkan cemilan sehat untuk para pekerja kantoran.

Orang-orang ini bekerja sama dengan orang-orang dari negaraa lain untuk menularkan 'virus' social enterpreneur'. Tujuannya agar orang tak hanya berorientasi pada profit namun memberi dampak positif untuk masyarakat luas.

(bil/rvk)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads