Pecahnya tawuran pelajar yang menewaskan seorang siswa kelas XI SMA 109 Jakarta, Andi Audi Pratama (16), diketahui akibat kicauan sebuah akun media sosial di twitter. Akun bernama @JalurSma itu digunakan para pelajar sebagai sarana untuk memprovokasi pelajar sekolah lainnya dalam hal kekerasan.
Hal tersebut seperti yang diungkapkan Rara Cita (16), yang merupakan sepupu Andi. Menurutnya, akun twitter itu memang sering digunakan sang admin untuk memprovokasi para pelajar, yakni dengan melempar isu, sehingga para pelajar menjadi terpancing dan saling ejek mengenai keunggulan masing-masing sekolah di jalan.
"Akun itu sekarang sudah distop sama adminnya. Twitter itu memang sebelumnya sempat nulis kalau SMA 60 berhasil 'nyayur' (menang) lawan SMA 109. Karena kepancing, mereka ejek-ejekan, sampai akhirnya mutusin buat ketemu," jelasnya saat ditemui di kediaman korban di Jalan F RT 09/06 Rawa Bambu I, Kel Pasar Minggu, Kec Pasar Minggu, Jakarta Selatan, Jumat (14/11/2014).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tak berselang beberapa lama, postingan tersebut langsung di-retweet oleh 26 akun twitter lainnya. Beberapa akun terlihat mendukung aksi tawuran, sementara lainnya membalas dengan penolakan. Salah satunya seperti yang disampaikan oleh akun @Boedoeters.
Dalam postingannya akun bernama I Am Boedoeters itu secara tegas mengungkapkan kekecewaan atas postingan yang dilakukan oleh @JalurSma, antara lain: @JalurSma
"Memang twitter @JalurSma buat ajang gagah-gagahan anak sekolahan, buat memantapkan lokasi tawuran sampai janjian tawuran. Karena tawuran sekarang udah biasa," jelas Nico (16), pelajar salah satu SMA Swasta di Jakarta Selatan.
Dengan terorganisirnya aksi tawuran di media sosial, membuat aktivitas pelajar tampak damai tanpa ada kendala. Namun kenyataannya, aksi tawuran tersebut tetap terjadi, bahkan untuk sekolah-sekolah yang memiliki jarak yang cukup jauh sekalipun.
"Kelihatan aman di permukaannya aja, tapi karena akunnya terbuka, lewat twitter masing-masing sekolah ejek-ejekan, terus janjian untuk tawuran. Mereka tentuin waktu, tempat dan jumlah pasukan, kadang-kadang juga sepakat untuk pakai tangan kosong atau senjata, tergantung kesepakatan aja," tutupnya.
(rni/ndr)