Hal tersebut disampaikan pemimpin badan dunia tersebut dalam pertemuan dengan pejabat-pejabat senior pemerintah Myanmar. Ban pun mendesak mereka untuk menghormati HAM Rohingya.
"Saya menyampaikan keprihatinan saya tentang penduduk Rohingya yang mengalami diskriminasi dan kekerasan," cetus Ban kepada para wartawan usai pertemuannya seperti dilansir kantor berita Reuters, Kamis (13/11/2014).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Hampir 140 ribu warga Rohingya hingga saat ini, masih tinggal di kamp-kamp pengungsi menyusul kekerasan sektarian dengan warga Buddha di Rakhine pada tahun 2012.
Warga Rohingya mengalami krisis kesehatan sejak pemerintah Myanmar memerintahkan Médecins Sans Frontières (MSF) pergi dari Rakhine pada Februari lalu, setelah badan amal medis tersebut menyatakan pihaknya tengah mengurus orang-orang yang diyakini sebagai korban kekerasan sektarian.
Pemerintah Myanmar membantah terjadinya kekerasan sektarian tersebut dan menuding MSF bersikap bias. Belakangan, pemerintah Myanmar menyatakan MSF diizinkan kembali datang. Namun menurut MSF, pihaknya belum bisa melanjutkan satu pun operasi independen kelompok kemanusiaan tersebut.
"Kami belum menerima otorisasi resmi yang final untuk melakukan hal tersebut saat ini, meskipun adanya kepastian, dan mendesak keras otoritas untuk untuk memberikannya dalam waktu secepatnya," kata Reshma Adatia, penasihat operasi MSF untuk Myanmar.
(ita/ita)