Nuryati (20) menjadi korban kekerasan dan penganiayaan oleh majikannya. Selain menerima kekerasan fisik, Nur yang tidak menerima gaji selama 5 bulan itu juga pernah dipanggil oleh tersangka dengan panggilan yang tak patut.
Artina, kakak ketiga pelaku mengatakan bahwa adiknya itu pernah memanggil Nuryati dengan panggilan 'Anjing'. Pelaku juga pernah menawarkan kepada Artina untuk menyuruh Nuryati dalam mengerjakan sesuatu.
"Kakak suruh aja pembantu aku, Oh tidak, ini rumah saya, aku bisa kerja sendiri walaupun meraba-raba. Satu hari saya kumpul sama adik saya, karena dia pagi-pagi, maaf ya pak saya terpaksa ngomong bener, hai anjing, saya bilang mana anjing, mana ada anjing di rumah ini, eh kakak jangan bela-bela pembantu. Saya jadi bagaimana, tak tahu lagi," ujar Artina.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Artina yang menderita penyakit katarak ini mengatakan, dia tidak mengetahui perihal penyiksaan itu. Namun dia mengaku pernah mendengar seperti suara pemukulan. Dia pun sempat menegur adiknya.
"Saya nyiksanya itu ngak tau, saya denger gebug gitu ya, kalian apakan anak orang? Kalian gebug? Nggak kak, kalau mau gebuk-gebuk jangan, nggak usah ke rumahku lagi deh kalau mau gebug-gebuk, aku nggak pernah ribut disini," ujarnya.
Artina mengakui bahwa Nuryati memang rada 'bebal'. Seperti saat diminta mengambilkan celana, Nuryati menyerahkannya dengan cara melempar. Selain itu, lanjut Artina, Nuryati juga pernah beberapa kali mengganggunya.
"Mending disuruh kerja, aku mau nyiram, saya kan orangnya gak suka jorok pak, kan saya meraba-raba, kamu (Nur) jangan panggil aku ya, aku mau nyiram, 'mak mak' (menirukan Nur), ya Allah Nur aku mau nyiram, rumah berdebu. Mak mak' lagi, aduh Nur saya bilang lagi, bagaimana nggak dimarahi," katanya.
"Hari Selasa mati lampu jam 4 sore, badan udah gatel, saya mau mandi, begitu saya mau mandi, di situ Nur mau nyuci, astagfirullahaladzim Nur, aku ngalah gak jadi mandi," tuturnya.
(idh/mpr)