Din Syamsudin dan rombongan berada di Tiongkok dari 28 Oktober hingga 3 November 2014. Ikut dalam rombongan tersebut beberapa pengurus MUI seperti Slamet Effendy Yusuf, Anwar Abbas, Basri Bermanda, Muhyidin Junaidi, Natsir Zubaidi dan Amany Lubis. Ikut mendampingi rombongan, Chairman of Indonesian Association for Religion and Culture (IARC) Paiman Mak.
Dalam keterangan pers yang diterima detikcom, Kamis (13/11/2014), rombongan mengunjungi Ibu Kota Provinsi Shangxi yaitu kota Xi-an. Kota tersebut memiliki masjid tua berusia lebih dari seribu tahun dan masjid lain yang sempat disinggahi Laksamana Chengho sebelum melakukan perjalanan perdamaian keempat ke Negeri Arab 600 tahun yang lalu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Setelah dua hari berada di Xi-an rombongan melanjutkan kunjungan ke Ibu Kota Tiongkok, Beijing. Di kota ini rombongan diterima oleh Chairman of Chinese People's Political Consultative Conference (CPPCC) Mr Wang Zhen Wei. Lembaga ini semacam MPR di Indonesia.
Dalam pertemuan tersebut, membahas tentang dinamika Asia Timur dan kebangkitan Tiongkok dan peran agama, khususnya Islam. Din menyatakan bahwa dalam rangka menyongsong kebangkitan Asia sebagai kawasan pertumbuhan abad baru Tiongkok dan Indonesia perlu meningkatkan kerjasama dalam semua bidang, baik ekonomi atau perdagangan, budaya dan keagamaan.
"Kerjasama itu tidak hanya antara pemerintah dan pemerintah atau G to G, tapi juga antar rakyat dengan rakyat atau P to P. Dalam kaitan inilah, kerjasama antara umat beragama, khususnya umat Islam, di kedua negara perlu ditingkatkan guna mendorong kemajuan peradaban kawasan tidak terjebak ke dalam materialisme dan sekularisme," ucap Din.
Kepada Mr Wang Zhen Wei, tokoh yang juga anggota Politbiro, partai berkuasa di Tiongkok itu, Din Syamsuddin menawarkan beasiswa kepada mahasiswa Muslim Tiongkok untuk belajar di Universitas Muhammadiyah.
Sementara itu, dalam pertemuan dengan pemimpin China Islamic Association dan Menteri Urusan Agama Tiongkok, dibicarakan mengenai peningkatan kerjasama dan disepakati secara bergiliran kegiatan simultan dalam bidang ilmu pengetahuan (seminar), seni budaya, dan ekspo produk-produk bersertifikat halal.
Menariknya, di Xi-an dan Beijing restoran besar muslim atau berlabel halal banyak dijumpai. Restoran-restoran tersebut penuh dengan lambang-lambang keislaman, termasuk kaligrafi Arab di depan maupun di dalam restoran. Bahkan di kawasan tertentu dari kedua kota tersebut penuh dengan restoran-restoran halal dengan antrean panjang di luar.
Banyak juga jalan di sekitar masjid berjejer toko-toko yang menjual makanan, minuman dan barang serta souvenir dengan lambang keislaman.
(jor/dha)