Ibu korban, Jumini mengatakan putrinya sudah sejak dua tahun lalu pisah ranjang dengan suami. Kemudian Dian bekerja di toko roti, sedangkan suaminya tinggal di rumah orang tua dan bekerja di bengkel.
"Sudah dua tahun Lilik (suami korban) tinggal di rumah ibunya," kata Jumini di rumah duka, Rabu (12/11/2014).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kadang pikiraannya kayak stres kemudian pergi. Kalau jengkel marah sama orang rumah," ujarnya.
Dian yang sering pergi dari rumah sudah menjadi hal biasa bagi keluarga karena ia selalu pulang ke rumah meski kadang pulang di hari yang berbeda. Menurut keterangan tetangga, Dian sering naik bus dan berhenti di kawasan Tugu Muda. Di sana ia berkumpul dengan anak-anak punk. Terkadang ia juga berjalan menuju Stadion Jatidiri.
"Dia sudah berkali-kali minta cerai, tapi suaminya tidak mau. Suaminya masih sering antar jemput ke sekolah," pungkas Anik.
Hari Sabtu (8/11) sore lalu, Dian pergi bersama seorang laki-laki setelah bermain bersama anak-anaknya. Kerabat korban, Rukmini mengatakan saat pergi, Dian memakai kaos cokelat, sama saat ditemukan tak bernyawa di hutan. Sedangkan laki-laki yang menjemput menggunakan motor itu memang sesekali melintas di depan rumahnya.
"Sabtu itu masih nyanyi-nyanyi sama anaknya, masih main. Terus pergi sama cowok naik motor. Memang sering pergi," kata Rukmini.
Kemudian sekitar pukul 10.00 pagi tadi petugas polisi datang ke rumahnya untuk memastikan identitas korban. Tangis pun pecah ketika polisi menyodorkan foto Dian dalam keadaan tewas.
"Kok begini, padahal dia itu pendiam," ujar kerabat korban, Susi.
Suasana haru pun terasa di rumah duka. Anak-anak korban yang masih berusia 7 tahun dan 2,5 tahun menangis keras mengetahui ibunya tiada. Tetangga korban yang berdatangan membantu mendirikan tenda rumah duka meski jenazah baru akan diautopsi sore ini di RSUP Dr. Kariadi Semarang.
Saat ini, polisi masih mengumpulkan keterangan dari pihak keluarga. Sedangkan jenazah korban berada di kamar mayat RSUP Dr. Kariadi Semarang untuk diautopsi.
(alg/try)