
Reaktor nuklir di Bushehr, Iran menggunakan bahan bakar yang dipasok dari Rusia
Rusia sepakat membangun delapan reaktor nuklir di Iran, 12 hari sebelum batas waktu kesepakatan pembatasan program nuklir Iran.
Kesepakatan itu dibuat kedua negara di tengah upaya lima anggota permanen Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa, termasuk Rusia, dalam menekan Iran untuk membatasi aktivitas penggunaan nuklirnya di bawah level yang dibutuhkan untuk membangun senjata nuklir.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sejumlah diplomat dari Amerika Serikat, Prancis, Inggris, Cina, Rusia, dan Jerman (P5+1) akan bertemu pada putaran akhir perundingan pekan depan.
Belum diketahui pasti dampak dari kesepakatan antara Rusia dan Iran ini terhadap upaya P5+1.
Titik balik
Kantor berita Rusia mengutip pernyataan kepala nuklir Iran, Ali Akbar Salehi, yang mengatakan bahwa kesepakatan untuk membangun reaktor baru adalah "titik balik dalam pengembangan hubungan antara negara kami".
Dua dari delapan reaktor yang akan dibangun, menurut rencana, bakal ditempatkan di fasilitas nuklir Bushehr.
Rosatom, perusahaan tenaga nuklir Rusia, mengatakan pembangunan itu akan dipantau oleh Badan Energi Atom Internasional (IAEA), sebuah badan pengawas nuklir internasional di bawah PBB.
Menurut kantor berita Associated Press, Rusia akan memasok bahan bakar nuklir untuk reaktor dan mengambilnya setelah digunakan--sebuah mekanisme yang dirancang untuk menghentikan Iran menggunakan bahan bakar nuklir untuk membuat senjata.
Iran menolak kecurigaan Barat bahwa program nuklir yang dibangun adalah upaya untuk menutupi pembuatan senjata.