Kecelakaan yang menimpa Wiwin Setiawan (31) yang terperosok ke galian sedalam sekitar 12 meter di Jalan Alternatif, Cibubur, Jaktim, bukan kasus yang pertama. Wiwin, hanya satu dari banyak korban proyek galian di jalan yang serampangan dan tak memperhatikan keselamatan pengguna jalan.
"Pertama, itu prosedur walau kontraktor katakan sudah pasang rambu, kondisinya berbeda karena itu jalan lalu lintas dengan kepadatan tinggi. Tidak cukup dengan cover (galian) yang sebetulnya tidak begitu terlihat nyata apalagi di malam hari," kata pengamat perkotaan Yayat Supriyatna saat berbincang, Minggu (9/11/2014).
Minimal kata Yayat, kontraktor di lapangan harus memasang rambu yang terlihat dan harus ada petugas di lokasi. Jadi semacam ada spanduk peringatan memberi 'warning' kepada pengguna jalan yang menunjukkan ada pekerjaan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Dan paling penting harus ada kepastian kapan proyek itu akan dimulai dan akan selesai. Orang perlu jaminan apakah kontraktor kerja serius dan memberi garansi untuk memberikan keselamatan bagi pengguna jalan," imbuhnya.
Yayat mengkritik pemerintah daerah yang 'lempar-lemparan' tanggungjawab begitu proyek galian memakan korban. "Kalau ada yang jadi korban berarti ada yang salah," kata Yayat.
"Jadi harus ada koordinasi pemda/pemkot dengan pemerintah pusat. Begitu juga kontraktornya harus rajin koordinasi dengan pemda/pemkot dan dinas terkait," imbuhnya.
Wiwin terjatuh di lubang galian sedalam sekitar 12 meter di Jalan Alternatif, Cibubur, Jaktim Sabtu (8/11) kemarin. Dinas PU DKI menyebut proyek tersebut tanggungjawab Pemda Bekasi.
Salah seorang pedagang yang berada di lokasi, mengatakan Wiwin menjadi korban kelima yang terjerembab ke dalam lubang yang berada di badan jalan dan hanya ditutupi seng tersebut.
(iqb/mpr)