Awal mendirikan Charta Politika, kata Yunarto, bermula dari ketidaksengajaan saat bertemu dengan mantan dosennya, Bima Arya di sebuah hotel. Yunarto yang kala itu masih bekerja di bank, memutuskan untuk mengundurkan diri dan menerima tawaran tersebut.
"Tahun 2008, awal mula saya di Charta Politika, tentu gaji saya lebih rendah dari waktu bekerja di Citibank. Tetapi saya pikir, bekerja sesuai passion adalah priceless," katanya dalam diskusi politik di gedung Pullman Upperroom, Jl MH Thamrin, Jakarta Pusat, Sabtu (8/11/2014).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Namun dia mengaku menikmati profesi tersebut. Meski demikan, Totok tidak terjun langsung ke dalam dunia politik dan lebih memilih menjadi konsultan politik. Nmaun mantan lulusan terbaik Universitas Parahyangan ini mengaku belum berani menjadi birokrat yang mampu mengubah sistem.
"Warga Tionghoa, saat ini paling cuma Ahok yang masuk birokrat dan berani mengubah sistem," ujarnya.
"Untuk saat ini saya masih memilih di 'luar'. Tapi belum tahu 5 tahun mendatang, apakah saya akan masuk birokrat dan seberani Ahok," katanya diiringi tepuk tangan meriah dari para hadirin.
(kff/ndr)