Apa alasan Ahok memilih jalan berbeda dibanding etnis Tionghoa kebanyakan? Saat berbincang selama satu jam bersama detikcom di kantornya, Jalan Medan Merdeka Selatan, Kamis (6/11/2014) kemarin, Ahok mengungkapkan apa yang membuatnya memilih jadi pejabat.
“Aku bisa masuk jadi pejabat karena enggak sanggup lagi nolong orang sebagai pengusaha. Pepatah kuno bilang ‘orang miskin enggak bisa lawan orang kaya, orang kaya enggak bisa menantang pejabat’. Nah kita terjepit di tengah, mau nolong orang miskin enggak bisa mau lawan pejabat enggak bisa. Tapi bapak saya bilang jadi pejabat saja deh,” kata Ahok.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
“Bapak saya bilang ‘lu lupa ya pepatah kuno itu?ya jadi bangkrut lu sekarang karena lawan pejabat. Kalau mau lawan pejabat ya jadi pejabat saja, sekaligus bantu orang miskin’. Waktu itu saya berpikir ngapain jadi pejabat, bukan habitat kita,” kenang Ahok.
Ayah tiga anak ini melanjutkan, setelah ayahnya meninggal, dia makin menghadapi banyak tekanan di dunia usaha. Sejak 2003 dia memutuskan masuk politik. Namun Ahok mengaku sempat ingin berhenti sebagai pejabat. Menurutnya menjadi seorang bos jauh lebih enak daripada sekarang.
“Jadi bos lebih enak, jam 8-9 pagi masih di kolam renang makan mi, nongkrong di sport club, ngobrol-ngobrol dapat duit. Dengar-dengarin ada peluang bisnis nih, kan cuma gitu doang kan. Ngapain gua mesti pusing dan bangun pagi-pagi. Paling sengsara itu hidup yang mesti bangun subuh-subuh,” tuturnya dengan mimik serius.
“Tapi kalau gitu (jadi bos) kita enggak bisa bantu orang miskin dan bantu orang yang dizalimi. Sekarang betapa banyak orang yang enggak bisa menyuarakan hak dia. Siapa yang bisa menyuarakannya? Ya pejabat! Filosofi Tiongkok, yang paling mulia itu jadi pejabat,” kata dia dengan penuh semangat.
(ros/rmd)