Koalisi Merah Putih 'menyapu' semua kursi pimpinan di alat kelengkapan DPR. Koalisi Indonesia Hebat pun tak terima sehingga mendirikan pimpinan DPR tandingan. Untuk meredakan ketegangan petinggi partai di dua kubu berusaha menjalin lobi. Sayang hingga kini lobi belum menunjukkan hasilnya.
Pada Kamis (6/11/2014) kemarin Ketua DPR yang juga Bendahara Umum Partai Golongan Karya Setya Novanto bahkan menolak kemungkinan kocok ulang untuk pimpinan alat kelengkapan dewan. Sikap Novanto ini pun menuai kritik dari kubu Koalisi Indonesia Hebat karena dianggap menutup pintu musyawarah.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Aria menyesalkan sikap Novanto sebagai Ketua DPR yang dianggap tidak bisa mengayomi semua anggota. Padahal, menurut Aria, KIH sudah bisa menerima Novanto sebagai pemimpin yang berasal dari kubu KMP ini.
"Novanto harus jadi pimpinan 560 anggota. Sikapnya ini menutup musyawarah lagi. Itu defensif. Kalau defensif ya tidak usah musyawarah," ucap politikus yang kerap vokal di paripurna ini.
Aria meminta Novanto mencontoh Ketua MPR Zulkifli Hasan. Politikus PAN itu dianggap bisa menjadi pemimpin untuk semua pihak.
"Zulkifli Hasan juga lahir dari KMP tapi dia bisa memimpin MPR, bukan sekadar ketua," ucap Aria.
Koalisi Indonesia Hebat meminta agar posisi pimpinan alat kelengkapan dewan (AKD) di DPR dikocok ulang. Namun, opsi ini ditolak mentah-mentah oleh Ketua DPR Setya Novanto.
"Tidak ada aturan kocok ulang," kata Novanto di Gedung DPR, Senayan, Jakpus, Kamis (6/11/2014).
(imk/erd)