"Kulo niki tiang alit, mbonten mampu. Yotro sangkin pundi. (Saya ini orang kecil, tidak mampu-membiaya pengacara. Uang dari mana," ujar Sulastri, Kamis (6/11/2014).
Sulastri berpasangan dengan Agus dan mempunyai 3 anak. Kakak dan adik Bram sudah menikah hanya Bram yang belum menikah, karena ingin membahagiakan ibunya, agar memiliki tempat tinggal yang layak.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Semenjak bercerai, Bram dan adik-kakanya tinggal di rumah kontrakan di kawasan Ketegan perkampungan padat di Taman, Sidoarjo. Untuk menyambung hidup, Sulastri berjualan nasi di warung kecil dengan harga yang sangat murah untuk kelas sopir hingga anggota Brimob Medaeng.
Tak jarang warung kecil Sulastri yang dekat dengan pangkalan ojek Medaeng diobrak. Namun, Sulastri tetap berusaha membuka lapaknya dan kadang dibantu Bram dan saudaranya.
Sedangkan ayah Bram (Agus) hanya pegawai rendahan yang sehari-hari sebagai petugas kebersihan dan tukang kebun di Markas Kompi 4 Detasemen A Brimob Polda Jatim (Medaeng).
Pasca penangkapan, Sulastri terus kepikiran Bram-anak yang disayanginya. Bahkan, sebelum Bram terjerat kasus penghinaan Prabowo dan mengaku polisi di akun facebook-nya, Sulastri membuka warungnya hingga larut malam.
Namun, Sulastri tidak enak makan dan selalu memikirkan anak keduanya yang meringkuk di Rutan Medaeng, hingga warung nasinya ditutup lebih awal (sekitar jam 6 sore).
"Biasane buka sampe dalu. Saniki sore pun tutup. Sumpek ngerasaaken. Kulo mboten eco nedo. Kapan anak kulo wangsul. (Biasanya buka sampai malam. Sekarang sore sudah tutup. Rasanya sumpek. Saya tidak enak makan. Kapan anak saya bisa kembali)," tuturnya.
Sulastri yang mengaku sudah meminta maaf ke pimpinan Brimob, juga berharap agar anaknya bisa kembali bersama dirinya dan keluarga.
"Mugi-mugi Pak Hakim, Pak Jaksa cepet wangsulaken. Tulang punggung kulo. (Mudah-mudahan Pak Hakim, Pak Jaksa cepat mengembalikan. (Bram) tulang punggung saya)," harapnya.
Bram Jupon Janua (31) security di Pelabuhan Tanjung Perak dan anak tukang kebun di markas Kompi 4 Detasemen A Brimob Polda Jatim menulis dirinya di akun facebook dengan nama Bripda Candra Tanzil dan bertugas di Kompi 4 Den A Brimob Polda Jatim.
Di masa Pilpres lalu, dengan mengaku-ngaku Polri dan berpihak kepada salah satu calon presiden dengan memojokkan Capres lain dinilai bisa meresahkan. Status dukungan untuk memilih Jokowi itu dinilai merugikan karena mencerminkan keberpihakan alat negara yang seharusnya bersikap netral.
'Kalau sampai negara ini dipimpin oleh pecatan kopasus, tak terpikirkan olehku. Takutnya kejahatan akan merajalela. Ya Allah aku hanya pengen hidup tenang, menangkan jokowi ya Allah, karena aku sangat yakin dengan kepemimpinannya jokowi kalau beliau bisa menjadi presiden RI'. demikian status yang diunggah Brama di masa Pilpres lalu.
Bram yang tinggal di kawasan Ketegan pun dijemput ayahnya dan dibawa ke Mako Kompi 4 Den A Brimo, yang jaraknya kurang dari 500 meter. Bram diperiksa dan diserahkan ke Polda Jatim dan dijerat pencemaran nama baik dan UU ITE.
(roi/ndr)