Keduanya saling balas serangan di daerah gang-gang sempit, kawasan pemukiman padat penduduk di sekitar jalan AP Pettarani. Sekitar 12 warga dari kedua kubu yang bertikai yang terluka dalam perang bermotif dendam lama ini. Kedua kelompok yang bertetangga lorong ini tidak pernah hidup rukun selama beberapa tahun terakhir ini.
Anehnya, aksi tawuran kedua kelompok yang berulang-ulang terus terjadi di pemukiman warga ini hanya direspon pasif oleh aparat dari Polsek Makassar, yang kantornya hanya sekitar 1 kilometer dari lokasi bentrokan. Para pengayom masyarakat berseragam cokelat ini baru bisa meredakan situasi setelah tawuran berlangsung 4 jam nonstop.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sebelumnya, selasa 19 Oktober lalu, mobil Patroli Polsek Makassar yang datang ke lokasi bentrokan dilempari bom molotov yang menyebabkan tiga polisi terluka, yakni Aiptu Andi Ronta, Aiptu Birana dan Aiptu Muh. Arif.
Aksi tawuran ini bersamaan dengan kedatangan Presiden Joko Widodo dan rombongannya, yang baru saja pulang dari kunjungan kerja di Kab. Pinrang dan Kab. Sidrap. Jokowi dan rombongannya menginap di hotel Clarion, jalan AP Pettarani, atau sekitar 2 kilometer dari lokasi bentrokan.
Menurut Haji Usmang Baco, salah satu tokoh masyarakat jalan Kelapa Tiga pada detikcom, meminta aparat bisa tegas menindak para perusuh yang telah mengganggu ketentraman warga.
"Saya angkat jempol kalau polisi berani tembak di tempat warga yang tawuran, tidak perlu pakai peluru tajam, tembak saja kakinya biar jera, kalau tawuran begini polisi biasanya nonton-nonton tawuran saja kelihatannya, sementara rumah kami rusak terkena lemparan atau kami tidak bisa tenang istirahatnya," keluh Usmang Baco.
Situasi saat ini di jalan Kelapa Tiga sudah mulai kondusif dengan penjagaan polisi. Meski demikian, warga jalan Kelapa Tiga masih dihantui rasa was-was akan terjadinya bentrokan susulan.
(mna/rvk)