Menurut Ahok, rendahnya serapan ini karena banyak perlawanan dari Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD). Dia pun mengaku sudah mengadukan hal tersebut kepada Jokowi.
“Enggak apa-apa (rendah serapan). Pak Jokowi sekarang urus APBN, saya sudah laporkan. Karena mereka melakukan perlawanan, tidak mau e-budgeting. E-katalog juga dia mainin. Staf-stafin saja nanti, Desember,” kata dia di Balai Kota, Jakarta Pusat, Rabu (5/11/2014).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Di posisi kedua, ada Dinas Pertamanan dan Pemakaman DKI Jakarta dengan penyerapan anggaran sebesar 7,7%. Berikutnya adalah Dinas Pekerjaan Umum DKI Jakarta juga baru menyerap 9% dari total anggaran Rp 6,29 triliun.
“Ya bisa saja (anggaran dishub rendah karena pengadaan TransJ jadi rendah), enggak apa-apa, daripada belinya enggak benar. Kalau Dinas PU mah memang ngacolah, jalan bagus-bagus mau dibikin jalan beton,” ucapnya.
“Kan mereka mengklaim tidak ada harga satuan, makanya kan waktu itu sudah ancam ke ULP kan, alasannya enggak ada harga satuan. Dulu ngotot-ngototan supaya enggak usah lelang pakai ULP (Unit Layanan Pengadaan) satu pintu. Terus di ULP juga ada masalah server kemarin, entah ada sabotase segala macam, saya enggak tahulah,” ujarnya.
Namun mantan Bupati Belitung Timur ini berujar dia tak akan tinggal diam. Dia ingin memberikan sanksi kepada pejabat PNS yang bandel. “Kita lagi pertimbangin mau copot dan staf-stafin nanti, tapi kita lihat dulu alasannya apa,” tutupnya.
(ros/rmd)