Ahok yang saat itu berpasangan dengan gubernur Jokowi pun langsung menaikkan upah minimum secara fantastis. Alhasil dia dipuji-puji buruh tapi dimusuhi pengusaha, bahkan sempat dimarahi oleh Ketum Apindo, Sofjan Wanandi.
“Dulu ingat enggak waktu tahun 2012 kita naikin UMP 43%, wah waktu itu (buruh) muji-muji kita. Tapi saya katakan, itu mah bukan karena didesak anda. Karena 5 tahun kalian (buruh) dizolomi. UMP selalu dibayah KHL. Ya saya tidak terima,” kata Ahok kepada wartawan, di Balai Kota, Selasa (5/11/2014) malam.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tekanan yang diterima Jokowi-Ahok saat itu cukup besar. Para pengusaha mengancam akan hengkang dari Jakarta dan menutup pabrik-pabrik. Tapi Ahok mengaku cuek dan tetap konsisten bahkan sampai turun ke jalan membela para buruh.
“Saya bilang tutup saja semua, daripada terjadi perbudakan,” kenang Ahok.
Setelah tahun awal pemerintahan Jakarta Baru, Ahok menyatakan perhitungan KHL akan tetap dijadikan acuan untuk kenaikan UMP. Sayangnya, pujian buruh berbalik jadi makian saat tahun 2013 UMP DKI hanya mengalami kenaikan kecil, dari Rp 2,2 juta naik 6 % jadi sekitar Rp 2,4 juta.
Para buruh mendemo Balai Kota dan menuduh Jokowi-Ahok sebagai Raja Upah Murah dan Gubernur Topeng Monyet. Tahun ini demo buruh terus berlanjut meminta UMP dinaikkan menjadi Rp 3,7 juta. Menurut Ahok hal tersebut mustahil sebab nilai itu di atas perhitungan KHL yakni sekitar Rp 2,4 juta.
“Aku juga mau tuntut gajiku Rp 5 miliar dong. hahaha. Ya kan, enak-enak saja ngomongnya. Sekarang yang nuntut itu juga buruh apa bukan. Yang saya harapkan tidak ada perusahaan yang bangkrut tapi juga tidak terjadi perbudakan. Kita sadar itu, makanya kita perbaiki,” pungkasnya.
(gah/gah)