"Kalau saya bercerita kenapa ada dua Muktamar, itu panjang. Tapi saya setuju harus mengalah, kalau di sini Muktamar perjuangan, di sana (Surabaya -red) Muktamar setan! Karena di sana banyak setannya," ucap Lulung berapi-api di atas podium Muktamar VIII di Hotel Grand Sahid Jaya, Jakarta, Jumat (31/10/2014). Hal itu menuai riuh tepukan tangan peserta Muktamar.
Lulung mengaku mengetahui semua motif dan tokoh dibalik terselenggaranya Muktamar versi Romahurmuziy yang tak disepakati mahkamah partai dan majelis syariah. Paling menonjol adalah motif politik.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pertama, kata Lulung, ketua umum DPP PPP baru pengganti SDA harus membuat surat yang menyangkal surat pemecatan yang dikeluarkan kubu Romi yang tidak berkekuatan hukum karena Muktamar yang sah adalah di Jakarta.
"Kedua, saya menerima laporan pertanggungjawaban bapak Suryadharma Ali dan mendukung.." ucapnya terputus.
"Bapak Suryadharma Ali nggak didukung. Bagaimana Luthfi Hasan dibela semua kekuatan PKS karena (dianggap) konspirasi mau menghancurkan partai islam, kita tidak. Baru jadi tersangka dipecat (kubu Romi), diinjak pula," lanjutnya merujuk kasus SDA.
Kata Lulung, pasal yang digunakan Romi untuk menggulingkan Suryadharma dari kursi ketua umum adalah 'pasal tidak sabar' karena motif politik yang mendorong adanya Muktamar Surabaya.
Lulung dari atas podium itu juga mengaku sudah dipecat kubu Romi, tapi ia tak hirau karena yang sah adalah kubu Suryadharma Ali. "Ketiga, saya mendukung Pak Djan Faridz (jadi ketua umum), karena saya tahu persis cikal bakalnya," tutup anggota DPRD DKI pemilik Lamborgini itu.
'Kuliah' Lulung itu mendapat sambutan dan sekali lagi riuh tepuk tangan sekitar 900 peserta Muktamar kubu SDA. Termasuk SDA dan pengurus DPP lain yang hadir dalam forum tersebut.
(iqb/kha)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini