Ini Kiprah Pemenang Nobel dari 5 Bidang Ilmu

Ini Kiprah Pemenang Nobel dari 5 Bidang Ilmu

Nograhany Widhi Koesmawardhani - detikNews
Sabtu, 11 Okt 2014 06:46 WIB
Ini Kiprah Pemenang Nobel dari 5 Bidang Ilmu
Jakarta - Setiap tahun dari tahun 1901, penghargaan Nobel diberikan pada para peneliti, penemu hingga aktivis yang berkontribusi bagi masyarakat dan dunia. Tahun 2014 ini, penghargaan dari warisan kekayaan penemu dinamit Alfred Bernhard Nobel hingga hari Jumat kemarin sudah memberikan pada 12 orang dari 5 bidang. Ini kiprah mereka.

Nobel Kesehatan: Trio Penemu GPS Otak

Pasangan peneliti asal Norwegia dan seorang profesor keturunan Inggris-Amerika mendapat hadiah Nobel bidang kesehatan. Penghargaan tersebut diberikan atas jasa-jasa mereka yang melakukan penelitian terhadap otak dan berujung pada ditemukannya sistem navigasi otak.

Penghargaan tersebut dianugerahkan kepada Prof John O'Keefe, Edvard Moster dan May-Britt Moster atas jasanya melakukan penelitian yang menemukan penjelasan bagaimana otak membuat map atau peta di lingkungan yang sangat kompleks. Pemberian penghargaan tersebut dilakukan pada hari Senin (6/10) malam kemarin, dan bertempat di Karolinska Institute, Swedia.

Prof John O'Keefe, Direktur di Center in Neural Circuits and Behavior di University College London, pertama kali menemukan sistem navigasi otak pada tahun 1971. Kalau itu, bagian otak yang diberi nama hippocampus tersebut selalu aktif ketika tikus yang dijadikan bahan percobaan berada di tempat tertentu yang sudah dikenalnya.

Sementara itu, Edvard dan May-Britt adalah pasangan peneliti asal Trondheim, Norwegia. Mereka bekerja sama dengan Prof O'Keefe untuk merekam aktivitas apa saja yang terjadi di bagian hippocampus otak tersebut. Penelitian mereka pun berujung pada ditemukannya bagian otak yang mengatur sistem navigasi.

Bagian tersebut bernama Grid Cells, terletak di bagian entorhinal cortex otak dan terus menerus bekerja untuk membuat peta berdasarkan apa yang kita lihat di sekitar. Bagian otak ini pula yang memberi tahu kita sedang berada di mana, sudah pernah ke mana dan akan ke mana kita pergi.

Nobel Fisika: Trio Ilmuwan Jepang Penemu LED Biru

Tiga ilmuwan kelahiran Jepang memenangkan Nobel bidang Fisika. Mereka adalah Isamu Akasaki, Hiroshi Amano dan Shuji Nakamura yang menemukan Light-Emitting Diode (LED) warna biru.

Isamu yang lahir di Chiran, Jepang, tahun 1929 adalah peneliti dan guru besar di Universitas Nagoya dan Universitas Meijo; Hiroshi yang lahir di Hamamatsu, Jepang tahun 1960 juga guru besar Universitas Nagoya. Sedangkan Shuji yang lahir di Ikata tahun 1954, kini menjadi peneliti di Universitas California, Santa Barbara, AS.

Penelitian mereka untuk menemukan LED warna biru sudah dimulai sejak belasan hingga puluhan tahun lalu. Tahun 1986, Isamu dan Hiroshi untuk pertama kalinya sukses membuat kristal gallium nitride berkualitas tinggi, bahan dasar yang dibutuhkan untuk membuat cahaya biru. Hanya sedikit sekali ilmuwan dan insinyur yang tertarik pada material kristal.

Sedangkan Shuji, pada 1993, mengejutkan dunia kala dia mengembangkan LED yang bisa mengeluarkan pancaran cahaya terang memakai peralatan yang didesainnya sendiri.

Juri Nobel mengatakan penemuan mereka sangat revolusioner. Bila abad 20 ditandai dengan bola lampu dan abad 21 akan ditandai dengan lampu LED. Ketiga ilmuwan dari Jepang itu, menemukan LED yang bisa memancarkan cahaya biru terang dari semi konduktor awal 1990-an. Penemuan ini memicu perubahan pada teknologi pencahayaan.

LED berwarna merah dan hijau sudah ada sejak lama, namun tanpa cahaya biru, lampu bercahaya putih tidak akan bisa dihasilkan. Memproduksi cahaya biru menjadi tantangan peneliti selama 30 tahun.

"Mereka berhasil di mana orang lain telah gagal. Dengan munculnya lampu LED ini, kami sekarang memiliki alternatif yang lebih tahan lama dan lebih efisien dibanding sumber cahaya yang lebih dulu," jelas juri Nobel seperti dilansir dari AFP dan Reuters, yang ditulis Rabu (8/10/2014).

Nobel Kimia: Trio Penemu Metode Fluoresens untuk Mikroskop Optik

Hadiah Nobel Kimia 2014 dimenangkan tiga ilmuwan yang melakukan penelitian untuk meningkatkan resolusi optik dari mikroskop dengan menembus 'batas difraksi'.

Eric Betzig, Stefan Hell, dan William Moerner menggunakan fluoresens untuk memperluas batas-batas cahaya mikroskop. Prof Betzig dan Moerner adalah warga Amerika Serikat, sementara Prof Hell adalah warga Jerman, demikian seperti dilansir BBC, Rabu (8/10/2014).

Tentang karyanya, Prof. Hell mengatakan, ia memang menganggap batas difraksi itu sebuah tantangan.

"Saya lalu menyadari pasti ada yang bisa dilakukan dengan mengakali molekul-molekul. Mencoba memadamkan dan menyalakan molekul, nyala dan mati, memungkinkan kita untuk melihat hal-hal yang berhimpitan yang kita tak bisa lihat sebelumnya."

Sebelumnya, mikroskop optis memiliki keterbatasan: tidak mungkin mendapat resolusi yang lebih baik dari setengah panjang gelombang cahaya -- yang dikenal sebagai batas diffraksi Abbe.

Lalu ketiga peneliti menggunakan molekul-molekul fluoresens untuk menembus batasan itu, membuat para peneliti bisa mengamati lewat mikroskop, dengan reslousi yang jauh lebih tinggi. Ini akan membuat peneliti mampu memvisualilsasi aktivitas setiap individu molekul di dalam sel hidup.

Nobel Sastra: Sastrawan Prancis yang Tulis Kisah PD II

Pemenangnya adalah penulis asal Prancis Patrick Modiano. Namanya disebut-sebut sebagai 'Marcel Proust masa kini' karena menulis cerita tentang pendudukan Nazi di Prancis.

Modiano yang berdomisili di Paris dikenal sebagai penulis yang menghindari media dan jarang terekspos publik. Di tahun 2012, ia juga pernah memenangkan 'Austrian State Prize' untuk kategori sastra Eropa.

Sekretaris The Swedish Academy Peter Englund mengatakan namanya sangat terkenal di Prancis. "Dia menulis buku cerita anak-anak, skenario film, novel dan temanya selalu tentang kenangan, identitas, dan waktu," ucapnya dikutip dari berbagai sumber Jumat (10/10/2014).

Modiano menulis sekitar 30 buku. Di antaranya adalah 'A Trace of Malice' dan 'Honeymoon'. Karya terakhirnya yang berjudul "Pour que tu ne te perdes pas dans le quartier".

Karya terbaiknya adalah 'Missing Person' yang menceritakan tentang seorang detektif yang hilang ingatan. Kasus terakhirnya adalah mencari tahu siapa dia sebenarnya.

"Novel-novelnya selalu kurang dari 350 halaman dan mencari apa itu memori, identitas, serta waktu. Variasi tema selalu berbeda tapi selalu ada tiga hal itu," tambahnya.

Nama Modiano bukanlah kejutan di titik terakhir pengumuman. Namun ia bersama ketiga nama lainnya memang difavoritkan oleh dewan juri. Mereka adalah Harumi Murakami, Ngugi wa Thiong'o, dan wartawan Belarusia Svetlana Aleksijevitj.

Nobel Perdamaian: 2 Aktivis Pembela Hak Anak

Hadiah Nobel Perdamaian tahun ini diberikan kepada Malala Yousafzay dari Pakistan dan Kailash Satyarthi asal India. Keduanya dianggap layak mendapatkan hadiah prestisius itu atas kerja mereka dalam mengkampanyekan hak-hak anak.

"Komite Nobel Norwegia telah memutuskan bahwa Hadiah Nobel Perdamaian untuk 2014 dianugerahkan kepada Kailash Satyarthi dan Malala Yousafzay atas perjuangan mereka melawan penindasan anak-anak dan kaum muda serta untuk hak semua anak akan pendidikan," demikian disampaikan juri seperti dilansir kantor berita AFP, Jumat (10/10/2014).

Komite Nobel Norwegia menyerahkan penghargaan bergengsi dunia tersebut seraya menyatakan, pembangunan global yang damai hanya bisa dicapai jika anak-anak dan kaum muda dihormati.

Dengan pengumuman ini, Malala merupakan orang termuda di dunia yang mendapatkan hadiah prestisius tahunan tersebut.

Malala dikenal karena bertahun-tahun berjuang untuk hak anak perempuan mendapatkan pendidikan. Atas aktivitasnya itu, gadis Pakistan berumur 17 tahun tersebut bahkan pernah ditembak di kepalanya oleh kelompok Taliban pada tahun 2012 lalu karena pergi ke sekolah. Penembakan tersebut ramai diberitakan media internasional saat itu.

"Lewat perjuangan heroiknya dia telah menjadi juru bicara terkemuka untuk hak-hak anak perempuan akan pendidikan," tandas Komite Nobel Norwegia.

Juga disebutkan Komite Nobel, Satyarthi layak mendapatkan penghargaan ini karena telah memimpin berbagai bentuk aksi protes dan demonstrasi, yang semuanya damai, dengan memfokuskan pada parahnya eksploitasi anak demi keuntungan finansial.

"Anak-anak harus bersekolah dan tidak dieksploitasi secara finansial," tegas Komite Nobel.


Halaman 2 dari 6
(nwk/rvk)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads