Aksi demo menuntut pemilihan umum secara langsung tersebut telah membuat kota Hong Kong lumpuh selama lebih dari sepekan. Beberapa hari lalu, jumlah demonstran bahkan mencapai puluhan ribu orang.
Namun sejak pemerintah Hong Kong menawarkan dialog dengan para pemimpin demo yang kemudian menerima tawaran tersebut, jumlah demonstran pun berkurang. Hari ini, para demonstran terus berunjuk rasa di sejumlah titik meski dengan jumlah yang menyusut. Para demonstran itu bertekad untuk terus melakukan aksi mereka, meski mereka juga tak yakin aksi ini akan berhasil.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Saya masih punya harapan kami bsia mencapai tujuan kami akan demokrasi yang sebenarnya," tutur May Lim, mahasiswi berumur 19 tahun yang telah ikut berdemo selama sepekan.
Sebelumnya pada Senin, 6 Oktober malam, pemimpin Hong Kong Leung Chun-ying kembali mengeluarkan peringatan bagi para demonstran untuk membubarkan diri.
Sementara itu, para pemimpin demonstran telah melakukan putaran kedua persiapan dialog dengan perwakilan pemerintah pada Senin (6/10) malam waktu setempat. Kedua pihak sepakat untuk melanjutkan ke negosiasi resmi.
"Kami akan melakukan beberapa putaran negosiasi," ujar Lester Shum, wakil sekjen Federasi Mahasiswa Hong Kong, salah satu pemimpin demonstran.
Lewat aksinya, demonstran Hong Kong menuntut hak untuk mencalonkan sendiri kandidat pemimpin Hong Kong pada tahun 2017 mendatang. Sementara otoritas China bersikeras bahwa hanya para kandidat yang telah disetujui China-lah yang bisa mencalonkan diri. Hal inilah yang diprotes para demonstran dan dianggap sebagai "demokrasi palsu".
(ita/ita)