Insiden yang terjadi pada Jumat, 3 Oktober itu merupakan serangan paling mematikan terhadap misi PBB di Mali, yang menargetkan pasukan penjaga perdamaian asal Niger.
"Atas nama semua mujahiddin, kami telah menyerang tentara-tentara pemerintah Niger yang bekerja sama dengan musuh-musuh Isalm," cetus Sultan Ould Bady seperti dikutip kantor berita AFP, Senin (6/10/2014).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Jika musuh-musuh tidak meninggalkan wilayah Islam, mereka tak akan pernah mendapatkan perdamaian," imbuhnya.
Sebelumnya, Bady telah beberapa kali mengklaim bertanggunng jawab atas serangan-serangan lain di Mali utara yang dilanda konflik.
Menurut misi PBB di Mali, konvoi pasukan penjaga perdamaian tengah mengantarkan pasokan barang-barang di wilayah Menaka-Asongo ketika mereka diserang sekelompok pria berkendara motor.
Kelompok MUJAO pada tahun 2012 bergabung dengan kelompok Al-Qaeda in the Islamic Maghreb (AQIM) dan Ansar Dines -- kelompok Islamis lainnya -- untuk menguasai sebagian besar wilayah gurun pasir Mali utara, termasuk tiga kota utama: Kidal, Gao dan Timbuktu.
Mereka berhasil merebut kendali dengan didukung para separatis etnis Tuareg dan menerapkan hukum syariah Islam yang ketat selama 10 bulan. Sampai akhirnya mereka terusir dari kota-kota tersebut dan terpaksa mundur kembali ke tempat-tempat persembunyian di gurun pasir Mali utara, dengan adanya operasi militer Prancis yang dimulai sejak Januari 2013.
(ita/ita)