"Saya menunggu kenegarawanan para elite kedua pihak koalisi ini. Masa sih kita nggak mau bermusyawarah?" kata Ketua DPD Irman Gusman kepada detikcom, Senin (6/10/2014),
Irman menyatakan tak ada satu nama yang dipandangnya paling potensial di antara sembilan orang itu. Ini karena sembilan nama itu mempunya kemampuan yang sama.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kini, tinggal pihak Koalisi Merah Putih dan Koalisi Indonesia Hebat yang harus saling berkomunikasi untuk memilih satu di antara sembilan nama itu. Mekanisme musyawarah diminta DPD untuk dipakai dalam pemilihan Pimpinan MPR hari ini, bukan lewat voting. Irman menuturkan, pemunculan 9 nama dari DPD itu juga diperoleh lewat musyawarah, bukan voting.
"Persaingan politik cukuplah di tingkat Pilpres, Pileg, dan tingkat DPR. Tapi kalau MPR, itu majelis permusyawaratan, harus bermusyawarah sesuai Pancasila," ujar Irman.
Irman meminta semua politisi dari kedua kubu koalisi itu menanggalkan segala persaingannya yang terjadi sebelum-sebelumnya. DPD dinyatakannya tak berpihak ke salah satu kubu, komunikasi DPD dilakukan dengan kedua kubu.
"Kami semua terbuka komunikasi. Saat ini sedang berjalan komunikasi dengan semua koalisi," kata Irman.
Sebelumnya, Ketua Kelompok DPD di MPR Bambang Sadono di Hotel Crowne, Jl Gatot Subroto, Jakarta, Minggu (5/10) menyatakan ada sembilan nama yang diajukan sebagai calon pimpinan MPR. Sembilan nama tersebut masing-masing berasal dari 3 wilayah geografis Indonesia yaitu wilayah barat, tengah dan timur.
Wilayah barat terdiri dari Abdul Gaffar Usman (Riau), Hudarni Rani (Bangka Belitung), dan Asmawati (Sumatera Selatan). Wilayah Tengah terdiri dari Oesman Sapta (Kalbar), Muqowam (Jawa Tengah), AM Fatwa (DKI jakarta). Serta dari wilayah Indonesia timur diwakili oleh John Piris (Maluku), Hanna Fadel Muhammad (Gorontalo), dan Ajiep Padindang (Sulawesi Selatan).
(dnu/jor)