Sebagaimana dilansir AFP, Senin (6/10/2014), Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu melalui seorang pejabat tingginya menilai pernyataan Loefven malah menjauhkan perdamaian.
"Itu bertentangan dengan segala aksi unilateral, itu tak akan membantu mencapai perdamaian, tapi malah membuat prospek itu semakin jauh," kata pejabat Israel menyampaikan pernyataan Netanyahu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Duta Besar Swedia untuk Israel, Magnus Nesser menyatakan Loefven akan diajak diskusi di kantor Kedutaan di Jerusalem untuk membahas soal itu. Namun Nesser belum memastikan kapan diskusi itu akan diadakan.
"Perdana Menteri Loefven perlu memahami pernyataan atau sikap dari pihak luar dapat menggantikan negosiasi langsung satu sama lain," kata Nesser.
Loefven yang juga pemimpin Partai Sosial Demokrat itu memenangkan Pemilu pada akhir bulan lalu. Dia menyatakan pada Jumat (3/10), Swedia akan mendukung solusi bagi dua negara untuk mengakhiri konflik.
"Solusi untuk kedua negara memerlukan pengakuan kedua belah pihak dan mereka akan berada bersama-sama (koeksis) dengan damai," kata Loefven pada upacara pelantikannya beberapa waktu lalu kepada parlemen Swedia.
Selain Swedia, ada pula tujuh anggota Uni Eropa lain yang mengakui negara Palestina, yakni Bulgaria, Siprus, Republik Ceko, Hungaria, Malta, Polandia, dan Romania. Ada pula negara non Uni Eropa Islandia yang bersikap serupa.
Amerika Serikat melalui Juru Bicara Kementeriannya, Jen Psaki, sudah mengkritik sikap Loefven. "Kami percaya pengakuan internasional terhadap negara Palestina adalah prematur," kata Psaki.
(dnu/jor)