Relawan kemanusiaan tersebut tewas pada Kamis (2/10) malam waktu setempat, ketika kantor Komite Palang Merah Internasional (ICRC) di Donetsk, terkena ledakan mortir. Sekjen PBB Ban Ki Moon langsung mengecam serangan tersebut.
Seperti dilansir AFP, Jumat (3/10/2014), ketua parlemen Ukraina Oleksandr Turchinov menyalahkan separatis pro-Rusia atas kematian relawan tersebut. Otoritas Ukraina menyebutnya sebagai aksi terorisme.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Bandit dan teroris, dalam cara tak berada, berani mengangkat senjata terhadap mereka yang datang ... untuk misi kemanusiaan," imbuh pernyataan tersebut.
Dalam pernyataan terpisah, militer Ukraina menyebutkan bahwa separatis pro-Rusia berulang kali melancarkan serangan ke wilayah Donetsk, untuk membubarkan operasi antiteroris yang dilakukan Ukraina.
Sedangkan separatis pro-Rusia menyalahkan militer Ukraina yang disebutnya melancarkan serangan dari jarak jauh.
"Militer Ukraina melepas tembakan ke DOnetsk pada hari kedua dengan sistem Uragan (sejenis peluncur roket)," sebut Wakil Perdana Menteri Republik Donetsk, Andrei Purgin kepada AFP.
"Menyerang dari sistem semacam itu tidak ditargetkan, mereka hanya mengenai area umum, bersama dengan semua orang yang ada di dalam area tersebut," imbuhnya.
"Mereka bisa saja menembak dari banyak area, tapi kami yakin itu dari Krasnogorovka," tutur Purgin merujuk pada sebuah kota berjarak 20 kilometer dari Donetsk.
Dalam pernyataannya, ICRC mengidentifikasi korban sebagai Laurent DuPasquier (38) yang pernah bekerja dalam misi kemanusiaan di sejumlah negara, mulai Pakistan hingga Papua Nugini. Dia tiba di Ukraina sekitar 6 minggu lalu untuk menjadi relawan di Donetsk.
(nvc/mad)