Ribuan demonstran pro-demokrasi Hong Kong bergerak ke kantor pemimpin Hong Kong untuk menuntut dialog. Hal ini dilakukan di tengah meluasnya seruan mundur bagi pemimpin Hong Kong, Leung Chun-ying.
Lebih dari 3 ribu demonstran berkumpul di luar kantor Leung Chun-ying pada Kamis (2/10) pagi waktu setempat. Mereka menuntut agar kepala pemerintahan Hong Kong, yang dilihat sebagai antek China tersebut mundur dari jabatannya.
"Kami mencoba mengepung seluruh kompleks gedung pemerintahan dan menunggu CY (Leung) untuk kembali kerja pada Jumat (sehari setelah hari libur nasional)," tutur salah satu demonstran, Thomas Choi kepada AFP, Kamis (2/10/2014).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Unjuk rasa pro-demokrasi berlangsung damai selama 4 hari terakhir di Hong Kong. Puluhan ribu demonstran memblokir jalanan penting di Hong Kong dalam upaya menuntut pemilu langsung dari otoritas China, bagi wilayah semi-otonomi tersebut.
Pada Rabu (1/10) malam, salah satu mahasiswa yang menggagas unjuk rasa ini, mengancam akan meningkatkan aksi, termasuk kemungkinan menduduki kantor pemerintah, jika Leung tidak mengundurkan diri pada Kamis (2/10) ini.
"Kami akan mempertimbangkan melakukan aksi berbeda di kemudian hari, termasuk menduduki tempat lain seperti kantor penting pemerintahan," ucap Agnes Cho dari gerakan mahasiswa Scholaris.
Mahasiswa Hong Kong yang awalnya mengawal unjuk rasa pro-demokrasi ini, namun perkembangannya, banyak warga Hong Kong lainnya yang ikut serta dalam unjuk rasa ini. Terlebih ketika Rabu (1/10) dan Kamis (2/10) merupakan hari libur nasional di Hong Kong, sehingga banyak karyawan yang bebas turun ke jalanan.
(nvc/ita)